Jumat, 09 Februari 2018
NIKMAT SAKIT, Menilik Sisi Lain Dari Musibah
SEMUA MERASAKAN
“Laut mana yang tidak berombak.” Itulah yang dikatakan orang-orang bijak dahulu. Tak seorang manusia pun yang bebas dari cobaan. Siapa pun dia pasti pernah merasakannya. Allah berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 155)
Semua manusia sama. Setiap orang mendapatkan ujian dan cobaannya masing-masing. Yang membedakan mereka hanyalah cara menghadapinya. Ada yang berkeluh kesah, merasa sempit lalu mengumpati takdir Allah. Ada pula yang sabar dan bahkan bersyukur terhadap cobaan tersebut.
Semoga Allah merahmati orang-orang yang beriman. Karena hanya orang-orang yang berimanlah yang mampu menyikapi segala sesuatu dengan cara terbaik.
Rasulullah n bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Urusan seorang mukmin itu sungguh sangat mengagumkan, karena semua urusannya menjadi kebaikan. Dan yang demikian itu hanya terjadi di kalangan orang-orang mukmin. Jika dianugerahi kebaikan maka ia bersyukur, dan syukurnya itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila ia ditimpa kesulitan, maka ia pun bersabar, dan kesabarannya itu menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim: 2999)
Di antara cobaan yang ditimpakan Allah kepada hamba-Nya adalah sakit. Nyaris tiada orang yang hidup tanpa pernah merasakan sakit, betapa pun manusia menginginkannya. Fulan tak bisa melihat, matanya sakit, tak seperti biasanya. Fulan yang lain tak mampu bangkit dari pembaringannya. Seluruh tubuhnya mati rasa, tak bisa digerakkan lagi seperti kemarin lusa.
ANTARA SEHAT DAN SAKIT
“Alangkah tidak enaknya sakit itu.” Begitulah yang acapkali dikatakan banyak orang. Padahal sakit dan sehat jaraknya hanya setipis benang. Keduanya sama-sama ujian. Allah berfirman:
وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kepada Kamilah kalian kembali.” (QS. al-Anbiya’: 35)
“Betapa nikmatnya sehat.” Itulah yang sering kali diucapkan orang-orang sakit. Padahal keduanya; sakit dan sehat adalah nikmat. Hanya saja tidak banyak orang yang dapat melihat isi. Manusia biasanya hanya melihat bungkus. Ketika melihat sesuatu yang tampaknya tidak menyenangkan, ia akan berhenti di sana dan kemudian membesar-besarkannya.
Sakit, meski satu sisi adalah suatu yang tidak menyenangkan, tidak diharapkan. Tapi di sisi lain adalah suatu yang indah dan nikmat yang luar biasa. Oleh karena itu, dahulu ada di antara salafush shalih yang berharap agar ditimpa sakit.
Al-Imam Ibnu Abi Dunya Rahimahullah pernah mengatakan:
“Mereka dulu (orang-orang shalih terdahulu) berharap mendapat demam satu malam.” (Dinukil dari kitab al-Mu’min Baina ash-Shihati wa al-Maradhi, diterjemahkan dengan judul Indahnya Sakit & Nikmatnya Sehat, hlm. 36)
Kenapa? Karena mereka bisa melihat isi, tidak hanya melihat bungkus. Mereka mengetahui hikmah dan sisi lain dari satu penyakit yang menimpa seorang manusia.
HIKMAH SAKIT
Sakit merupakan takdir di antara takdir-takdir Allah yang telah dituliskan jauh sebelum diciptakannya langit dan bumi. Dan sebagaimana lazimnya takdir Allah, pasti selalu ada hikmah. Di antaranya:
Peringatan dari Allah agar kita jadi lebih baik.
Allah berfirman:
وَأَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan kami timpakan kepada mereka adzab supaya mereka kembali.” (QS. az-Zukhruf: 48)
Kita pun menyaksikan. Banyak orang menjadi lebih baik justru setelah ia ditimpa penyakit. Saat dalam kondisi sehat ia lalai dari kewajibannya sebagai seorang manusia. Sembrono dalam menunaikan hak-hak Allah. Kasar dan sering menzalimi orang lain. Setelah ia tertimpa penyakit, barulah ia sadar dari kelalaiannya tersebut. Sakitlah yang mengantarkannya ke depan pintu taubat, mengakui kesalahan-kesalahannya selama ini.
Tanda kebaikan bagi dirinya dan kecintaan Allah padanya.
Rasulullah bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik maka Allah timpakan musibah kepadanya.” (HR. Bukhari: 5645)
Dalam hadits yang lain:
إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ
“Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka.” (HR. Ibnu Majah: 4031, Tirmidzi: 2/64, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 1/227)
Oleh karena itu manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi dan Rasul. Karena memang merekalah orang-orang yang paling dicintai Allah. Sa’ad bin Abi Waqqash pernah bertanya kepada Rasulullah n : “Siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau n menjawab:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
“Manusia yang paling berat dan keras cobaannya adalah para nabi, kemudian yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka (yakni di bawah Nabi).” (HR. Tirmidzi: 2/64, Ibnu Majah: 4023, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 1/225)
Melalui sakit pula Allah memberikan nikmat-Nya yang lain yaitu istirahat. Bisa jadi selama ini seorang tidak dapat beristirahat yang cukup karena kesibukannya, lalu dengan hikmah-Nya Allah menimpakan sakit kepadanya agar tubuhnya dapat beristirahat.
Menghapus dosa
Rasulullah n bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ (حَزَنٍ) وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang muslim ditimpa kepenatan, penyakit, kegundahan, kesedihan, kesakitan, kecemasan, atau pun hanya sekadar tertusuk duri, melainkan dengan semua itu Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari: 5642)
Siapa di antara manusia yang tidak pernah berbuat dosa? Tidak ada, semuanya pernah. Seandainya bukan karena rahmat Allah niscaya manusia akan terpuruk dengan dosa-dosa yang sangat banyak. Tapi Allah dengan kasih sayang-Nya menjadikan sebab-sebab dihapuskannya dosa-dosa tersebut. Salah satunya dengan sakit.
Allah menghendaki hamba-hamba-Nya yang beriman bersih dari dosa tatkala berjumpa dengan-Nya kelak. Karena itulah Allah timpakan ujian di dunia agar menghapus dosa-dosanya tersebut. Rasulullah n bersabda:
مَا يَزَالُ البَلَاءُ بِالمُؤْمِنِ وَ المُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَ وَلَدِهِ وَ مَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Seorang mukmin baik laki-laki maupun perempuan akan senantiasa diuji, baik pada dirinya, hartanya, ataupun pada anak-anaknya sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak berdosa.” (HR. Tirmidzi: 2401, Ahmad: 2/450, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 5/349)
Tambahan pahala di akhirat
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah n bersabda:
يَوَدُّ أَهْلُ العَافِيَةِ يَوْمَ القِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ البَلاَءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالمَقَارِيضِ
“Orang-orang yang sehat pada hari kiamat nanti ketika orang-orang yang mendapat musibah diberi pahala amat menginginkan seandainya kulit mereka dipukul ketika di dunia dengan pemukul sehingga terkelupas” (HR. Tirmidzi: 2402, dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 8177)
Wajar mereka menginginkannya, karena pada hari itu tidak ada yang lebih diharapkan oleh seorang selain mendapat tambahan pahala dan penghapusan dosa. Saat itu pahala sebesar biji sawi pun lebih berharga dari pada dunia dan seisinya.
Kesempatan untuk bersabar dan meraih surga
Dari Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata: “Ibnu Abbas pernah mengatakan kepadaku: ‘Maukah aku perlihatkan seorang wanita ahli surga?’ Aku menjawab: ‘Tentu’ Ibnu ‘Abbas melanjutkan: ‘Wanita berkulit hitam ini pernah mendatangi Nabi seraya berkata: ‘Ya Rasulullah, aku terkena penyakit ayan (epilepsi), dan pakaianku tersingkap ketika sakitku kambuh. Maka do’akanlah kesembuhan untukku wahai Rasulullah.’ Nabi n bersabda:
إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللهَ أَنْ يُعَافِيَكِ
‘Jika kamu mau bersabar maka bagimu surga, dan jika kamu mau akan aku do’akan kesembuhan untukmu.’
Maka wanita itu menjawab: ‘Aku akan bersabar….’” (HR. Bukhari: 5652, Muslim: 2576)
Sakit di dunia seberapa parah pun itu kelak akan hilang begitu saja, tak berbekas. Terlupakan hanya dengan satu kali celupan surga.
Dari Anas bin Malik, Rasulullah n bersabda:
….وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِى الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِى الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِى بُؤُسٌ قَطُّ وَلاَ رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ
“…Kemudian didatangkan seorang penduduk surga yang paling sengsara ketika di dunia, lalu orang tersebut dicelupkan ke dalam surga dengan sekali celupan. Lantas ditanyakan kepadanya: ‘Wahai anak Adam, apakah engkau pernah melihat kesengsaraan walau hanya sedikit? Apakah engkau pernah merasakan satu kesengsaraan sekalipun (selama hidupmu)?’ Dia menjawab: ‘Belum pernah ya Rabb. Aku belum pernah melihat kesengsaraan sekalipun. Aku belum pernah melihat keburukan sedikit pun ketika di dunia.’” (HR. Muslim: 7266 )
Untuk mencapai tingkatan tinggi di surga
Rasulullah n pernah bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلاَهُ اللَّهُ فِى جَسَدِهِ أَوْ فِى مَالِهِ أَوْ فِى وَلَدِهِ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِى سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى
“Sesungguhnya seorang hamba apabila telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala dengan sebuah kedudukan di sisi-Nya yang tidak akan pernah bisa dicapai oleh hamba itu dengan amalannya, maka Allah akan mengujinya dengan ujian yang menimpa dirinya, harta, atau anak-anaknya. Kemudian hamba tersebut bersabar atas ujian itu sehingga mencapai kedudukan yang sudah ditetapkan Allah kepadanya” (HR. Abu Dawud: 3092, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 3409)
Subhanallah, apakah masih ada orang yang akan mengeluh dengan sakit yang dirasakannya apabila membaca berita gembira ini? Sungguh sakit merupakan anugerah besar bagi siapa saja yang bisa mengambil pelajaran.
Maka dari itu, untuk apa kita bersedih. Mengapa kita mengeluh. Bukalah mata, lihat sisi lain dari sakit yang menimpa. Renungkanlah ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasulullah n di atas, agar hati menjadi tegar dalam menghadapi sakit.
Bersyukurlah kepada Allah dalam segala keadaan. Rasulullah n selalu memuji Allah dalam segala keadaan yang beliau alami. Disebutkan dalam sebuah hadits:
كانَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
“Apabila Rasulullah n melihat (mendapati) sesuatu yang disukai beliau mengucapkan: Alhamdu lillahil ladzi bi ni’matihi tatimmush shalihat (Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya menjadi sempurna segala kebaikan). Dan apabila beliau melihat (mendapati) sesuatu yang tidak disukai beliau mengucapkan: Alhamdu lillahi ‘ala kuli hal (Segala puji bagi Allah dalam segala keadaan).” (HR. Ibnu Majah: 2/442, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 1/472)
DO’A-DO’A KETIKA SAKIT
Jangan pernah berputus asa ketika sakit. Teruslah berdo’a kepada Allah agar diberi kesembuhan, dan yakinlah Allah akan mengabulkan do’a hamba-Nya. Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.(QS. Ghafir: 60)
Do’a ketika sedang menghadapi kesulitan dan penderitaan
Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah n ketika tertimpa kesulitan mengucapkan:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ
“Tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Penyantun dan Mahabijaksana. Tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb ‘Arsy Yang Mahaagung. Tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Rabb tujuh petala langit dan bumi, Rabb ‘Arsy Yang Mahamulia.” (HR. Bukhari: 6346)
Do’a ketika ada bagian tubuh yang sakit
Diriwayatkan dari ‘Ustman bin Abi al-‘Ash ats-Tsaqafi bahwa ia mengadukan sakit yang ia derita semenjak ia masuk Islam kepada Rasulullah n. Lalu Rasulullah n bersabda:
ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“Letakkan tanganmu pada tubuhmu yang sakit dan bacalah: Bismillaah tiga kali, lalu baca tujuh kali: A’uudzu billaahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru (Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan sesuatu yang aku dapati dan aku takuti).” (HR. Muslim: 5867)
Do’a penawar duka cita dan kesedihan
Rasulullah n bersabda dalam sebuah hadits: “Tidaklah seorang ditimpa duka cita dan kesedihan lalu ia mengucapkan:
اللهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
‘Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu dan anak dari hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Berlaku padaku keputusan-Mu. Ketentuan-Mu adil bagiku. Aku mohon pada-Mu dengan semua nama-Mu baik yang Engkau gunakan menamai diri-Mu sendiri, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib di sisi-Mu. Jadikanlah al-Qur’an sebagai penggembira hatiku, cahaya dadaku, pengusir kesedihanku, dan pelipur laraku.’
Kecuali Allah akan menghilangkan kesedihan dan duka citanya, lalu diganti dengan kelapangan.” (HR. Ahmad: 3712, dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah: 1/337)
PENUTUP
Apabila seorang muslim tertimpa sakit, yang harus dilakukannya adalah berobat (dengan pengobatan yang tidak melanggar syari’at), berdo’a kemudian bertawakal kepada Allah. Dan tidak lupa untuk senantiasa bersabar, karena semua akan berlalu.
Hujan? Benar, tapi nanti akan teduh. Panas? Benar, tapi nanti akan datang hujan. Badai? Betul, tapi ia akan berlalu. Langit yang mendung akan berubah menjadi cerah. Semoga keterangan singkat ini bisa memberikan manfaat. Amin. Wallahul Muwaffiq.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar