Sabtu, 24 Februari 2018

PAHITNYA TIDAK LAMA (Art.Salayok83)


Satu hal yang kita sepakati bahwa kita ingin masuk surga. Berkumpul bersama keluarga, orang-orang shalih, dinaungi oleh rahmat Allah, bahagia tanpa rasa sedih ataupun rasa takut dan abadi untuk selamanya.

Tapi satu hal yang harus kita sadari juga bahwa jalan untuk menggapai surga itu berat. Perjalanan dunia saja melelahkan lalu bagaimana dengan perjalanan akhirat. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ

“Perjalanan adalah bagian dari adzab” (HR. Bukhari: 2839)

Perjalanan menuju akhirat adalah perjalanan yang berat dan melelahkan. Banyak sekali rintangannya, karena memang ujung dari perjalanan ini adalah sesuatu yang sangat agung yaitu masuk surga dan berjumpa dengan Allah.

Sedangkan surga itu sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya:

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Surga diliputi oleh sesuatu yang dibenci sedangkan neraka diliputi oleh syahwat.” (HR. Muslim: 7308)

Imam Ghazali pernah mengatakan: “Apabila suatu tujuan teramat suci dan mulia, sukarlah jalan yang harus ditempuh dan banyaklah penderitaan yang akan ditemui di tengah jalan.”

Maka tidak ada pilihan bagi kita para perindu surga selain bersabar dalam menapaki jalan ini. Allah berfirman:

{وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا}

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi: 28)

Sabar, jalan kita memang pahit, tapi ujungnya amat sangat manis. Tidak lama, sebab anggaplah kita hidup sampai tua. Tapi, seberapa lamakah? Rasulullah bersabda:

 أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sedikit sekali yang lebih dari itu.” (HR. Ibnu Majah: 4236, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah: 757)

Lamakah enam atau tujuh puluh tahun itu?! Silahkan tanya pada nenek kakek kita. Pasti mereka menjawab “Tidak.” Banyak di antara kakek yang akan mengatakan bahwa baru kemarin rasanya ia lulus SMA, kuliah dan kemudian bekerja, lalu bertemu dengan nenek.

Sabar, biarlah pahit diawal, tidak lama, paling sampai kita meninggal dunia saja. (zhr)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar