Dalam hal kontruksi bagunan, Indonesia punya cerita. Untuk mendapatkan bangunan yang kokoh ada satu "material bahan bangunan" yang mungkin tidak ada di tempat lain. Bukan semen, batu atau besi tapi "kepala kerbau."
Sudah lumrah, menanam "kepala kerbau" pada prosesi peletakan batu pertama saat pembangunan gedung atau jembatan. Dengan tujuan agar gedung dan jembatan itu jadi kokoh dan tahan lama. Pertanyaannya, untuk siapakah kepala kerbau itu?? Anda tentu tahu jawabannya.
Menyembelih binatang adalah ibadah yang harus ditujukan hanya untuk Allah. Jika ditujukan kepada selain-Nya jadilah ia sebuah kesyirikan. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am: 162).
Ali bin Abi Thalib berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadaku tentang empat perkara:
(( لَعَنَ اللهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللهِ، لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ، لَعَنَ اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا، لَعَنَ اللهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الأَرْضِ ))
“Allah melaknat orang-orang yang menyembelih binatang bukan karena Allah, Allah melaknat orang-orang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat orang-orang yang melindungi orang yang berbuat bid'ah, dan Allah melaknat orang-orang yang merubah tanda batas tanah.” (HR. Muslim: 1978)
Maka masuk ke dalamnya: orang yang menyembelih untuk berhala, pohon atau batu keramat, jin, para wali atau orang-orang shalih, dst.
Dan masuk juga di dalamnya segala macam bentuk sembelihan. Entah itu, kerbau, sapi, kambing, ayam, atau bahkan lalat sekali pun, jika ditujukan untuk persembahan (tumbal) kepada selain Allah maka itu adalah syirik.
Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِيْ ذُبَابٍ, وَدَخَلَ النَّارَ رَجُلٌ فِيْ ذُبَابٍ، قَالُوْا: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَرَّ رَجُلاَنِ عَلَى قَوْمٍ لَهُمْ صَنَمٌ لاَ يَجُوْزُهُ أَحَدٌ حَتَّى يُقَرِّبَ لَهُ شَيْئًا، فَقَالُوْا لأَحَدِهِمَا: قَرِّبْ، قَالَ: لَيْسَ عِنْدِيْ شَيْءٌ أُقَرِّبُ، قَالُوْا لَهُ: قَرِّبْ وَلَوْ ذُبَابًا، فَقَرَّبَ ذُبَابًا فَخَلُّوْا سَبِيْلَهُ فَدَخَلَ النَّارَ، وَقَالُوْا لِلآخَرِ: قَرِّبْ، فَقَالَ: مَا كُنْتُ لأُقَرِّبَ ِلأحَدٍ شَيْئًا دُوْنَ اللهِ، فَضَرَبُوْا عُنُقَهُ فَدَخَلَ الْجَنَّةَ ))
"Ada seseorang yang masuk surga karena seekor lalat, dan ada lagi yang masuk neraka karena seekor lalat pula." Para sahabat bertanya: "Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah?"
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab: "Ada dua orang berjalan melewati sekelompok orang (suku) yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorang pun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sembelihan binatang untuknya terlebih dahulu.
Maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: 'Persembahkanlah sesuatu untuknya!' Ia menjawab: 'Aku tidak mempunyai apapun yang akan aku persembahkan untuknya.' Mereka berkata lagi: 'Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat!' Maka ia pun mempersembahkan untuknya seekor lalat. Mereka pun melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya, dan ia pun masuk ke dalam neraka karena hal itu.
Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: 'Persembahkalah untuknya sesuatu!' Ia menjawab: 'Aku tidak akan mempersembahkan sesuatu apapun untuk selain Allah.' Maka mereka pun memenggal lehernya, dan ia pun masuk ke dalam surga.'” (HR. Ahmad dalam az Zuhd: 84, Ibnu Abi Syaibah: 33028)
Itu yang dipersembahkan (yang dijadikan tumbal) hanya seekor lalat. Lantas bagaimana jika yang dipersembahkan itu adalah kepala kerbau?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar