Sama-sama kita berusaha untuk menjauhi dosa, karena kita tahu dosa itu adalah pangkal bala petaka. Namun, terkadang kita "lupa" atau "tidak tahu" atau "pura-pura lupa dan tidak tahu", kita mendapatkan dosa meski kita tak melakukannya.
Memang kita tidak merokok, tapi kita ikut nongkrong bersama para perokok. Tanpa ada usaha untuk mengingkari. Kemudian kita beralasan, "Kan dia bukan saya, dosa sendiri-sendiri dong."
Memang kita tidak mengolok agama tapi kita nimbrung duduk dengan mereka. Parahnya, kita juga ikut tertawa dengan olokan mereka.
Memang kita menutup aurat. Keluar rumah kita rapikan baju dan kerudung, tapi betapa banyak wanita yang telanjang, terang-terangan membuka aurat, kita masukkan ke dalam rumah kemudian kita tontoni bersama keluarga. Parahnya, kita menikmatinya. Episode demi episode kita lalui tanpa terasa.
Kita tidak mengibahi orang, tapi acara "infotaiment ghibah terang-terangan" kita saksikan. Melalui yang namanya televisi, gadget, tablet, dll. Obrolan tentang aib-aib orang kita nikmati.
Singkatnya, kita tidak melakukan kemaksiatan tapi kita hadir, menyaksikan, mendengarkan, tanpa ada pengingkaran dan bahkan tanpa ada rasa benci.
Inilah yang jadi masalah. Sebab, orang yang menghadiri maksiat dikuhumi sama dengan pelakukanya.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan (Manzhumah Ushulul Fiqh wa Qawaidihi: 54-55):
"Orang yang menghadiri maksiat sama seperti palaku maksiat itu sendiri. Sebagaimana firman Allah:
{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ
Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. (QS. an-nisa: 140)
"Tentu kamu serupa dengan mereka" itulah yang jadi benang merahnya. Menunjukkan hukumnya sama, meski tidak melakukannya.
Baiklah, hidup hanya sebentar, lihatlah jalan yang masih panjang. Jangan sia-siakan sisa umur. Kita tidak tahu kapan masanya akan tiba. Bisa jadi esok atau lusa.(zhr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar