Selasa, 13 Maret 2018

KRL COMMUTERLINE (Art.Salayok91)


Kereta, memang punya banyak cerita. Apalagi jika KRL. Menyaksikan orang berdesak-desakan di gerbong-gerbong, berkejar-kejaran seperti anak-anak desa yang sedang bermain "En", lucu sekaligus kasihan.

Ini sarapan pagi, ini juga cemilan petang. Seru, tapi lama-lama jadi menyiksa. Belum sampai ke tempat kerja sudah stress duluan di kereta. Tapi nggak kapok-kapok juga. Karena ganti dari itu semua tampak nyata dan bisa di indra.

Biarlah, desak-desakan demi 4 atau 5 juta di awal bulan nanti. Tak  masalah, yang penting tak terlambat. Mudah-mudahan saja bos kena hati dan akhirnya menaikkan pangkat atau memberikan tambahan gaji.

"Yono, kamu naik pangkat. Karena kamu hadir terus dan tak pernah terlambat." nah itu-tu yang di tunggu-tunggu.

Padahal, dalam masalah akhirat iming-imingnya jauh lebih besar. Tak ada artinya duit 4 atau 5 juta itu, jika dibandingkan.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً

“Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendirian sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةُ الرَّجُلِ فِى جَمَاعَةٍ تَزِيدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَصَلاَتِهِ فِى سُوقِهِ بِضْعًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يَنْهَزُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ لاَ يُرِيدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ فَلَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلاَّ رُفِعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِى الصَّلاَةِ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ هِىَ تَحْبِسُهُ وَالْمَلاَئِكَةُ يُصَلُّونَ عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِى مَجْلِسِهِ الَّذِى صَلَّى فِيهِ يَقُولُونَ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ مَا لَمْ يُؤْذِ فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ

“Shalat seseorang dalam jama’ah memiliki nilai lebih 20 sekian derajat daripada shalat seseorang di rumahnya, juga melebihi shalatnya di pasar. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara mereka berwudhu, lalu menyempurnakan wudhunya, kemudian mendatangi masjid, tidaklah mendorong melakukan hal ini selain untuk melaksanakan shalat; maka salah satu langkahnya akan meninggikan derajatnya, sedangkan langkah lainnya akan menghapuskan kesalahannya. Ganjaran ini semua diperoleh sampai dia memasuki masjid. Jika dia memasuki masjid, dia berarti dalam keadaan shalat selama dia menunggu shalat.  Malaikat pun akan mendo’akan salah seorang di antara mereka selama dia berada di tempat dia shalat. Malaikat tersebut nantinya akan mengatakan: Ya Allah, rahmatilah dia. Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah, terimalah taubatnya. Hal ini akan berlangsung selama dia tidak menyakiti orang lain (dengan perkataan atau perbuatannya) dan selama dia dalam keadaan tidak berhadats. ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun itu yang masalah, kenapa manusia tidak banyak yang tergiur dengan balasan akhirat? Karena balasannya itu tidak tampak. Coba saja jika balasannya itu "cash", selesai shalat berjamaah langsung ada tambahan kredit di rekening tabungan, maka mungkin masjid tidak akan muat. Bisa jotos-jotosan memperebutkan shaf pertama.

Tapi, itulah hikmah Allah. Untuk membedakan mana orang-orang yang betul-betul beriman mana yang hanya ikut-ikutan. Untuk menampakkan "Siapa sih yang lebih pandai hitung-hitungan." (zhr)

St.Tanjung Barat, Jakarta 13 Maret 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar