Kamis, 08 Maret 2018
MENGAPA DO'A MEREKA TERKABUL??
Oleh: Zahir Al-Minangkabawi
Do’a adalah solusi dari setiap permasalahan. Sebab, saat seorang berdoa, pada dasarnya dia sedang berkomunikasi langsung dengan Allah. Sedangkan, Allah-lah yang mentakdirkan segala sesuatu. Oleh sebab itu, ketika dia berdoa, pada hakikatnya dia meminta solusi kepada Dzat yang memberikan masalah tersebut.
TIDAK SEMUANYA TERKABUL
Tidak semua do’a akan dikabulkan Allah. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Jika tidak terpenuhi, maka doa tidak akan terkabul. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Kemudian beliau (Nabi) menyebutkan seorang yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, menegadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata:’Ya Tuhanku, Ya Tuhanku’. Bagaimana do’anya tersebut akan dikabulkan sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dia tumbuh dengan sesuatu yang haram?” (HR. Muslim)
Namun ada beberapa keadaan yang menjadikan doa terkabul meskipun tidak terpenuhi syarat-syarat tersebut. Siapa pun yang berdo’a dalam keadaan itu, niscaya akan dikabulkan. Diantaranya adalah dalam keadaan terdesak (saat kondisi amat sulit) dan dalam keadaan terzhalimi. Allah berfirman:
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ
“Bukankah Allah yang memperkenankan do’a orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo’a kepadanya.” (QS. An-Naml: 62)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لا تُرَدُّ دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَإِنْ كَانَ فَاجِرًا، فُجُورُهُ عَلَى نَفْسِهِ
“Tidak akan tertolak do’a seorang yang terzhalimi meskipun ia adalah seorang pelaku dosa, sedangkan dosanya untuk dirinya sendiri.” (HR.Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir)
MENGHADIRKAN HATI
Jika diamati hadits di atas, akan muncul satu pertanyaan. Mengapa do’anya dikabulkan. Bukankah dia adalah pelaku dosa? Sementara itu, banyak do’a yang dipanjatkan oleh orang-orang baik namun tidak diterima.
Jawabannya, meski dia seorang pelaku dosa, tapi dalam keadaan itu dia benar-benar ikhlas, menghadirkan hatinya. Tidak ada sesuatu pun yang membuatnya lalai dari do’anya tersebut.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah menjelaskan sebab dari tidak terkabulnya do’a dengan sabdanya:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdo’alah kalian kepada Allah sedang kalian merasa yakin akan dikabulkan. Ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan do’a dari hati yang lalai.” (HR.Tirmidzi)
SIBUK MENCARI BARANG HILANG
Untuk lebih memperjelas, perhatikanlah sebuah hadits riwayat Imam Muslim berikut:
Dari Jabir, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
مَنْ يَصْعَدُ الثَّنِيَّةَ ثَنِيَّةَ الْمُرَارِ فَإِنَّهُ يُحَطُّ عَنْهُ مَا حُطَّ عَنْ بَنِى إِسْرَائِيلَ ». قَالَ فَكَانَ أَوَّلَ مَنْ صَعِدَهَا خَيْلُنَا خَيْلُ بَنِى الْخَزْرَجِ ثُمَّ تَتَامَّ النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَكُلُّكُمْ مَغْفُورٌ لَهُ إِلاَّ صَاحِبَ الْجَمَلِ الأَحْمَرِ ». فَأَتَيْنَاهُ فَقُلْنَا لَهُ تَعَالَ يَسْتَغْفِرْ لَكَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ وَاللَّهِ لأَنْ أَجِدَ ضَالَّتِى أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لِى صَاحِبُكُمْ. قَالَ وَكَانَ رَجُلٌ يَنْشُدُ ضَالَّةً لَهُ.
“Barang siapa yang naik ke bukit Murar maka akan diampuni dosanya seperti diampuninya Bani Israil.” Jabir berkata: “Maka yang pertama kali menaikinya adalah rombongan kami (Bani Khazraj) baru setelah itu datang yang lain semuanya.” Kemudian Rasulullah bersabda: “Kalian semua telah diampuni kecuali pemilik unta merah”
Jabir berkata: “Lantas kami pun mendatanginya seraya mengatakan: ‘Kemarilah, supaya kamu dimintakan (kepada Allah) ampunan oleh Rasulullah!’ Dia menjawab: ‘Demi Allah aku lebih suka bila menemukan barangku yang hilang ketimbang dimintakan ampunan’ Jabir berkata :”Dan memang dia tengah mencari barangnya yang hilang” (HR.Muslim)
Di sini konteknya dia tengah sibuk mencari barangnya yang hilang, sehingga lalai dari ampunan dan mengikhlaskan hati kepada Allah.
DO’A MEREKA TERKABUL
Seorang yang sedang dalam kondisi sulit atau dalam kondisi terzhalimi, hatinya benar-benar fokus ketika berdo’a. Oleh sebab itulah do’anya terkabul.
Berikut beberapa contoh dari keadaan diatas:
1. Do’a Nabi Nuh dan Ibrahim
Nabi Nuh berdo’a:
قَالَ رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dia (Nuh) berkata: ‘Wahai Tahanku sesunggunya aku berlindung kepada-Mu dari memohon sesuatu yang tidak aku ketahui hakikatnya. Kalau engkau tidak mengampuniku, dan tidak menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku temasuk orang yang rugi” (QS.Hud: 48)
Nabi Ibrahim berdoa:
قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّين
Dia (Ibrahim) berkata: ‘Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat’” (QS.Al-An’am: 77)
Jika dicermati redaksi dari kedua do’a diatas, maka akan jelas bahwa do’a tersebut berasal dari dua orang yang berada dalam kondisi amat sulit. Sebab, konsekuensi dari tidak dikabulkannya do’a tersebut adalah kerugian (kehancuran) dan kesesatan.
2. Do’a Iblis
Berangkat dari pembahasan diatas. Dapat dipahami bahwa Allah akan mengabulkan do’a siapa saja yang berada dalam kondisi tersebut, tanpa memandang siapa yang berdoa. Dari sana pula dipahami kenapa Allah mengabulkan do’a Iblis
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (34) وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (35) قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ
”Allah berfirman: “(Kalau begitu) keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat” Ia (Iblis) berkata: “Wahai Tuhanku (kalau begitu) berilah aku penangguhan sampai hari (manusia) dibangkitkan”Allah berfirman: “(Baiklah) maka sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan, sampai hari yang telah ditentukan (kiamat).” (QS.Al-Hijr: 34-38)
Dalam kondisi itu Iblis benar-benar mengosongkan hatinya dari segala sesuatu yang melalaikannya dari do’a. Sebab, ia sedang dalam kondisi amat sulit. Tidak ada lagi yang tersisa selain itu (doa), setelah dia tertimpa kutukan.
3. Do’a Ka’ab bin Malik dan dua temannya
Berkenaan dengan Ka’ab dan dua orang temannya ini, Allah sendiri yang menggambarkan kondisi mereka saat mereka berdo’a meminta taubat.
Allah berfirman:
وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan. Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah terasa sempit pula bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari siksaan Allah, melainkan kepada-Nya saja, kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” (QS.At-Taubah: 118)
Hati mereka telah kosong . Tidak ada yang mereka pikirkan selain harapan terhadap keridhaan Allah.
Demikianlah dua kondisi terkabulnya do’a, serta hikmah dari keduanya. Semoga bermanfaat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar