Rabu, 07 Maret 2018
SOLUSI DARI FITNAH AKHIR ZAMAN
Oleh: Zahir al-Minangkabawi
Allah subnahu wa ta’ala berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
”Dan peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu, dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. al-Anfal: 25)
MUQADDIMAH
Hari-hari ini adalah hari yang berat bagi umat Islam. Berbagai fitnah (cobaan) seolah tidak henti-hentinya menimpa, mulai dari huru-hara, kerusuhan, penindasan, perpecahan, saling hajr, bahkan saling mengafirkan yang nantinya berbuntut pengeboman di mana-mana. Dan tidak luput fitnah yang berasal dari musuh-musuh Islam. Nyaris tidak ada negeri kaum muslimin yang selamat, sampai pun dua kota suci umat Islam; Makah dan Madinah.
Masih segar dalam ingatan peristiwa yang terjadi di musim haji pada beberapa tahun yang lalu, banyak jamaah haji yang meninggal dunia dan tidak sedikit yang luka-luka akibat ulah orang-orang Syiah. Begitu pula setelahnya, aksi teror (pengeboman) yang terjadi di masjid Nabawi yang juga menelan korban.
Belum sembuh luka yang lama, sudah datang luka yang baru. Masih hangat peristiwa yang terjadi di Irak, Mesir, Libya, Yaman, Suria, sekarang terjadi lagi di Myanmar (Burma). Penindasan terhadap Islam dan kaum muslimin yang membuat kita bersedih.
Tidak hanya itu, ternyata fitnah-fitnah tersebut juga menimpa kita umat Islam Indonesia. Kita merasakan gejolak fitnah itu di beberapa bulan terakhir ini. Oleh karena itu perlu kiranya kita merenungi dan mencari jalan keluar agar selamat dari fitnah-fitnah tersebut.
MAKNA AYAT SECARA UMUM
Al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan:
"Allah memperingatkan hamba-hamba-Nya yang beriman terhadap fitnah yaitu ujian dan cobaan yang akan menimpa orang-orang jahat dan juga selainnya. Allah tidak mengkhususkan pelaku maksiat atau orang-orang yang terlibat langsung dengan dosa saja, tetapi berlaku umum dan mencangkup keduanya (pelaku dosa dan orang-orang baik) ketika dosa tersebut tidak dicegah." (Tafsir Ibnu Katsir 4/37)
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya dari Mutharrif, ia menuturkan:
“Kami pernah bertanya kepada Zubair (bin Awwam): ‘Wahai Abu Abdillah, apa yang sedang menimpa kalian (para sahabat)? Kalian disusahkan oleh urusan terbunuhnya khalifah (Utsman bin Affan), lalu kalian menuntut darahnya.’ Maka Zubair menjawab: ‘Sesungguhnya kami telah membaca di masa Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Utsman, (ayat): Dan peliharalah dirimu dari pada fitnah yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu (QS. al-Anfal: 25), namun kami tidak mengira bahwa kami masuk dalam ayat itu sampai ketika fitnah itu terjadi dan menimpa kami.’” (Musnad Imam Ahmad 4/165)
MAKNA FITNAH DALAM AL-QUR’AN
Di dalam al-Qur’an atau sunnah banyak terdapat kata fitnah dengan makna yang berbeda sesuai dengan konteksnya masing-masing. Di antara makna fitnah: (Lihat makna-makna lain dalam kitab Nadhratu an-Na’im fi Makarimi Akhlaq ar-Rasul al-Karim 11/5184-5190)
1. Ujian dan cobaan, seperti dalam ayat:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. al-Anfal: 28)
2. Adzab, seperti dalam ayat:
إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ
Sesungguhnya Kami menjadikannya (pohon zaqqum itu) sebagai fitnah bagi orang-orang yang zalim. (QS. ash-Shaffat: 63)
3. Syirik dan kekufuran, seperti dalam ayat:
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan. (QS. al-Anfal: 39)
4. Kesesatan, seperti dalam ayat:
وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا
Barangsiapa yang Allah menghendaki fitnah (kesesatan)nya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. (QS. al-Maidah: 41)
5. Dosa, seperti dalam ayat:
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah." Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (QS. at-Taubah: 49)
MACAM-MACAM FITNAH
Imam Ibnul Qayyim mengatakan:
Fitnah ada dua macam; fitnah asy-syubhat (inilah fitnah yang lebih besar) dan fitnah asy-syahwat. Bisa jadi seorang ditimpa oleh keduanya dan bisa jadi juga hanya salah satunya saja. Allah menyebutkan kedua fitnah ini dalam firman-Nya:
كَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا وَأَوْلَادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(Keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu memperbincangkan (hal yang batil) sebagaimana mereka memperbincangkannya. mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka Itulah orang-orang yang merugi. (QS. at-Taubah: 69)
Maknanya: mereka bersenang-senang dengan bagian mereka berupa dunia dan syahwat (kesenangan)nya. Al-Khalaq yaitu bagian yang telah ditentukan. Kemudian firman-Nya: “dan engkau memperbincangkan sebagaimana mereka memperbincangkannya.” Dan perbincangan ini adalah hal yang batil dan itulah asy-syubhat. (Diringkaskan dari kitab Ighatsatu al-Lahfan min Mashayidi asy-Syaithan 2/160-162 Diringkaskan dari kitab Ighatsatu al-Lahfan min Mashayidi asy-Syaithan 2/160-162)
HADITS-HADITS TENTANG FITNAH DI AKHIR ZAMAN
Jauh-jauh hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam banyak hadits telah mengabarkan bagaimana keadaan di akhir zaman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
سَتَكُونُ فِتَنٌ (فِتْنَةٌ) الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنَ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنَ السَّاعِي مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ فَمَنْ وَجَدَ فِيهَا (مِنْهَا) مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِهِ
“Akan terjadi fitnah; orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, dan orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari. Orang yang mendekatinya akan binasa. Barang siapa mendapatkan tempat berlindung darinya, hendaklah ia berlindung.” (HR. Bukhari: 3601)
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah beramal, (sebelum datang) fitnah laksana potongan malam yang gelap gulita. Seorang pada pagi hari dalam keadaan beriman, sorenya menjadi kafir, atau sorenya dia beriman paginya telah menjadi kafir. Ia tega menjual agamanya dengan sesuatu (kepentingan) dari dunia.” (HR. Muslim: 118)
Jika dicermati, apa yang dikabarkan oleh Rasulullah itu telah menjadi nyata pada zaman ini. Banyak orang yang tersesat akibat fitnah-fitnah tersebut. Ditambah dengan lemahnya iman, sehingga kita dapat menyaksikan orang-orang dengan mudahnya menjual agama mereka dengan harta, wanita, atau jabatan.
Peristiwa baru-baru ini (saat artikel ini ditulis) menjadi bukti dari apa yang kita kemukakan. Seorang yang mengaku muslim tapi justru membela orang kafir yang jelas-jelas melakukan pelecehan terhadap al-Qur’an. Na’udzu billah.
BENTUK-BENTUK FITNAH DI AKHIR ZAMAN
Secara umum kehidupan itu ibarat aliran sungai, semakin jauh dari sumbernya maka airnya akan semakin keruh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ
”Tidaklah datang suatu zaman kepada kalian melainkan yang setelahnya lebih buruk darinya (sebelumnya).” (HR. Bukhari: 7068)
Sekarang sudah 14 abad lebih kita terpisah dari mata airnya (zaman kenabian). Kita merasakan airnya telah berubah menjadi kotor. Banyaknya fitnah yang terjadi menjadi bukti dari kebenaran ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Di antara fitnah yang terjadi di akhir zaman:
1. Perpecahan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا
“Sesungguhnya siapa dari kalian yang hidup setelahku, niscaya akan menyaksikan (mendapati) perselisihan yang banyak.” (HR. Abu Dawud: 4609)
Dalam hadits yang lain:
أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِى النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَهِىَ الْجَمَاعَةُ
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlul kitab berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga, tujuh puluh dua akan masuk neraka, hanya satu yang akan masuk surga dan itulah al-Jama’ah.” (HR. Abu Dawud: 4599)
Sebagian ulama mengatakan bahwa pokok (gembong) dari kelompok-kelompok sesat itu ada enam yaitu: al-Haruriyyah, al-Qadariyyah, al-Jahmiyyah, al-Murji’ah, ar-Rafidhah, al-Jabriyyah. Setiap kelompok kemudian terpecah menjadi dua belas sehingga semuanya berjumlah tujuh puluh dua. (Lihat al-Muntaqa an-Nafis min Talbis Iblis hal. 41)
2. Pengepungan musuh-musuh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
« يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا ». فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ « بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ ». فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ قَالَ « حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ».
“Hampir saja umat-umat itu (musuh) mengerumuni kalian seperti orang-orang yang makan mengerumuni nampannya.” Seorang bertanya: “Apakah karena sedikitnya jumlah kita pada waktu itu?”. Nabi menjawab: “Bahkan kalian saat itu banyak, akan tetapi kalian tak ubahnya seperti buih banjir. Allah mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian, dan Allah tancapkan al-Wahn di hati kalian.” Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah apa itu al-Wahn?” Rasulullah menjawab: “Cinta dunia dan benci (takut) mati.” (HR. Abu Dawud: 4299)
Musuh Islam itu banyak, baik dari luar maupun dari dalam tubuh Islam sendiri. Musuh dari dalam saja sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang perpecahan umat ada tujuh puluh dua golongan, belum lagi orang-orang munafik. Sedangkan musuh dari luar juga tak kalah banyak. Mereka tidak akan pernah berhenti atau merasa lelah untuk merusak umat Islam.
Allah berfirman:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. al-Baqarah: 120)
3. Takfir (vonis kafir)
Sekilas mungkin kita akan merasa heran dengan kejadian pada beberapa waktu yang lalu, yaitu aksi bom bunuh diri di masjid Nabawi yang ternyata setelah diidentifikasi pelakunya adalah seorang muslim. Namun jika kita pelajari, niscaya kita akan memahaminya. Sebab, motivasi dari peristiwa tersebut adalah sebuah idiologi yang keliru yaitu vonis kafir terhadap pemerintah Arab Saudi.
Inilah salah satu fitnah terbesar di zaman ini, yaitu fitnah takfir. Para pengusungnya adalah orang-orang yang pendek akal, jauh dari ulama, dan muda belia. Rasulullah telah menggambarkan ciri-ciri mereka ini sejak sekian abad yang lalu. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْرٌ لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Akan datang di akhir zaman nanti suatu kaum; muda belia, pendek akal, mereka mengatakan sebaik-baik perkataan. Namun mereka keluar dari Islam seperti melesatnya anak panah dari busurnya, iman mereka tidak melewati kerongkongan, di manapun kalian menjumpai mereka maka bunuhlah, karena membunuh mereka adalah pahala di hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari: 3611)
4. Pembalikan fakta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خُدَّاعَاتٌ . يُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ وَيُكَّذَبُ فِيْهَا الصَّادِقُ . وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu; pendusta akan dibenarkan sedangkan orang yang jujur justru dikatakan dusta dan orang yang khianat akan diberi amanat sedangkan orang yang terpercaya akan dituduh khianat.” (HR. Ibnu Majah: 4036 Dihasankan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah no. 1887)
Dan inilah zamannya telah tiba, tidak samar lagi bagi siapa saja yang mau mencermati. Semuanya seolah menjadi terbalik, kebenaran dikatakan kesalahan dan pelanggaran, sedangkan kesesatan ramai-ramai dikatakan benar.
Orang-orang yang mengajak kepada jalan yang lurus (tauhid) disematkan kepada mereka nama-nama yang dusta. Mereka dituduh pemecah belah, fanatik, eksklusif dan sebagainya. Sedangkan orang-orang yang sejatinya perusak agama dan penyeru ke pintu neraka justru dikatakan ulama dan orang-orang yang berjasa.
JALAN KELUAR DARI FITNAH AKHIR ZAMAN
Ketika Rasulullah mengabarkan tentang fitnah-fitnah yang akan terjadi di akhir zaman, beliau tidak membiarkan begitu saja tanpa memberi solusi, namun beliau juga memberikan petunjuk-petunjuk agar selamat dari fitnah-fitnah tersebut. Di antara solusi yang diberikan oleh syariat Islam yaitu:
1. Bertakwa kepada Allah
Takwa adalah solusi dari segala bentuk permasalahan, termasuk dari fitnah akhir zaman. Allah berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (QS. ath-Thalaq: 2)
Pada saat terjadi fitnah Ibnu al-Asy’ats yang memberontak di zaman khilafah Umawiyyah. Suasana menjadi ricuh, terjadi huru-hara, banyak orang yang terseret dalam fitnah ini. Ketika itu Thalq bin Habib seorang ulama besar di zaman tersebut mengatakan: “Hadapilah (cegahlah fitnah ini) dengan takwa.” (Siyar A’lam an-Nubala’: 8/175)
2. Menuntut ilmu dan mendekat kepada ulama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang diinginkan Allah menjadi baik, maka Allah pahamkan ia dengan agamanya.” (HR. Bukhari: 71, Muslim: 1037)
Syaikh Husain al-Awaisyah mengatakan: "Allah memberikannya taufik untuk menjauh dari jalan-jalan kesesatan dan (makar) setan." (Fiqh ad-Da’wah wa Tazkiyatu an-Nafs hal. 113)
Dengan ilmu seorang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dengan mendekat kepada para ulama seorang akan terbimbing di jalan yang benar. Sebab, para ulama seperti rembulan dan bintang-bintang yang akan menerangi jalan, serta memberi petunjuk kepada orang yang sedang berjalan.
Para ulama mengetahui fitnah bahkan jauh sebelum fitnah itu terjadi sedangkan orang-orang biasa (awam) baru menyadarinya setelah fitnah itu berlalu.
3. Berpegang teguh dengan syariat Islam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada pemimpin) sekalipun ia seorang budak Habsyi. Sebab, barang siapa yang hidup setelahku (berumur panjang) niscaya akan melihat (mendapati) perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan juga sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah dengan geraham dan hati-hatilah dengan perkara yang baru. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud: 4609 Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah no. 42)
Selama kita berpegang teguh dengan syariat Islam, maka kita tidak akan tersesat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama masih berpegang pada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik dalam Muaththa’ no. 3338)
4. Bergabung dengan jama’ah kaum muslimin dan pemimpin mereka
Imam Muslim dalam kitabnya memberi judul satu bab dengan:
“Bab wajibnya bergabung bersama jama’ah kaum muslimin saat terjadi fitnah dan dalam setiap kondisi, dan haramnya keluar dari ketaatan kepada pemimpin (berontak) serta memisahkan diri dari jama’ah.” (Shahih Muslim hal. 829)
Bergabung dengan jama’ah kaum muslimin adalah salah satu solusi yang berikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika terjadi fitnah (huru-hara, kekacauan, perpecahan). Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah bin al-Yaman, beliau menuturkan:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللهِ : عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ ، عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِ تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ ، وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ.
“Orang-orang bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena aku khawatir akan menimpaku. Aku bertanya: ‘Wahai Rasulullah, dahulu kami berada pada masa jahiliyyah dan keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, apakah setelah kebaikan ini akan datang keburukan?’ Beliau menjawab: ‘Ya.’ Aku bertanya lagi: ‘Apakah setelah keburukan itu akan datang lagi kebaikan?’ Beliau menjawab: ‘Ya, tetapi di dalamnya ada dukhn (kotorannya).’ Aku bertanya lagi: ‘Apa kotoran itu?’ Beliau menjawab: ‘Yaitu suatu kaum yang memimpin tanpa mengikuti petunjukku, engkau mengenal mereka sekaligus engkau ingkari.’ Aku kembali bertanya: ‘Apakah setelah kebaikan (yang bercampur dengan kotoran) itu akan datang lagi keburukan?’ Beliau menjawab: ‘Ya, yaitu para penyeru yang mengajak ke pintu Jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka maka akan dilemparkan ke dalamnya.’ Aku kembali bertanya: ‘Wahai Rasulullah, Sifatkanlah mereka kepada kami.’ Beliau menjelaskan: ‘Mereka berasal dari kulit kalian dan berbicara dengan bahasa kalian.’ Aku katakan: ‘Apa yang engkau perintahkan kepadaku bila aku menemui keburukan (zaman) tersebut?’ Beliau menjawab: ‘Bergabunglah dengan jama’ah kaum muslimin dan pemimpin mereka.’ Aku kembali bertanya: ‘Bagaimana jika saat itu tidak ada jama’ah kaum muslimin dan juga tidak ada pemimpin mereka?’ Beliau menjawab: ‘Tinggalkan semua firqah (kelompok) meskipun engkau harus menggigit akar pohon. Tetaplah seperti itu sampai kematian menjemputmu.’” (HR. Bukhari: 7084, Muslim: 1847)
5. Berhati-hati dan tidak tergesa-gesa
Di saat kemelut seperti ini sikap kehati-hatian merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, fitnah itu -sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah- bagai malam yang gelap gulita. Jika tidak hati-hati dalam bertindak maka kemungkinan jatuh terperosok dalam fitnah sangat besar.
Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan:
تَكُونُ أُمُورٌ مُشْتَبِهَاتٌ فَعَلَيْكُمْ بِالتَّؤَدَةِ , فَإِنَّ أَحَدَكُمْ أَنْ يَكُونَ تَابِعًا فِي الْخَيْرِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَكُونَ رَأْسًا فِي الشَّرِّ
“Akan terjadi perkara-perkara yang syubhat (samar), maka hendaknya kalian bersikap hati-hati. Karena sesungguhnya jika seorang dari kalian menjadi pengikut dalam kebaikan jauh lebih baik dari pada menjadi pemimpin (gembong) dalam kesesatan.” (Syu’ab al-Iman 13/15)
6. Bersabar
Terkadang fitnah yang terjadi berupa huru-hara, kerusuhan, dan sebagainya, membuat sesak dada dan amarah memuncak, seperti yang terjadi di negara kita baru-baru ini. Kasus penghinaan terhadap al-Qur’an yang sedang santer, membuat dada setiap muslim dipenuhi oleh kemarahan serta kegeraman. Dalam kondisi seperti ini kesabaran sangat dibutuhkan. Sebab, setiap perkara genting harus dihadapi dengan kepala dingin. Amarah tidak akan menyelesaikan, bahkan semakin menambah kusut permasalahan.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya sebuah hadits dari Zubair bin Adi, ia menuturkan:
“Kami mendatangi Anas bin Malik mengadukan apa yang kami dapati dari Al-Hajjaj (dia adalah salah seorang amir (gubernur) di zaman khilafah Umawiyyah. Ia adalah seorang yang zalim, bengis, dan sering menumpahkan darah. Tidak hanya rakyat biasa tapi termasuk juga para ulama. Lihat: Siyar A’lam an-Nubala’ karya Imam Dzahabi), maka Anas mengatakan:
اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
‘Bersabarlah, karena sesungguhnya tidaklah datang suatu zaman kepada kalian melainkan yang setelahnya lebih buruk darinya (sebelumnya), (bersabarlah) sampai kalian berjumpa dengan Rabb kalian. Demikianlah yang aku dengar dari Nabi kalian Shallallaahu alaihi wa sallam.’” (HR. Bukhari: 7068)
7. Menjauhi sumber-sumber fitnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهْوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ
“Barang siapa mendengar (kedatangan) ad-Dajjal maka hendaklah ia menjauhinya (menyingkir). Demi Allah, sesungguhnya seorang laki-laki akan mendatanginya sedangkan ia menyangka bahwa ia adalah seorang mukmin, tapi kemudian ia mengikuti setiap syubhat yang ditebarkannya.” (HR. Abu Dawud : 4321 dishahihkan oleh al-Albani dalam al-Misykah no. 5488)
Oleh sebab itu, pada zaman ini selagi seorang mampu untuk banyak menetap di rumah, tidak menyibukkan diri di luar, maka itu adalah suatu kebaikan. Sebab, berbaur dengan manusia dalam hal-hal yang kurang bermanfaat adalah salah satu pintu menuju fitnah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepada Uqbah bin Amir ketika ia bertanya tentang “keselamatan”:
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
“Jagalah lisanmu, merasa cukuplah dengan rumahmu (jangan banyak keluar rumah) dan tangisilah dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi: 2406 dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 2741)
8. Berlindung kepada Allah
Inilah salah satu solusi yang paling ampuh dalam menghadapi fitnah di akhir zaman. Sebab, apa yang terjadi dalam kehidupan ini; yang baik ataupun yang buruk (dalam pandangan manusia) semuanya adalah takdir Allah. Sebagaimana Allah yang menakdirkan terjadinya fitnah, maka Allah pula yang akan menakdirkan orang-orang yang dikehendaki-Nya terhindar dari fitnah. Oleh karena itu memohon kepada Allah agar diselamatkan dari fitnah adalah keharusan bagi setiap mukmin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Berlindunglah kepada Allah dari segala bentuk fitnah yang tampak maupun yang tidak tampak.” (HR. Muslim: 7392)
Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa berlindung dari fitnah di setiap shalat. Dari Abu Hurairah, ia mengatakan:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a: ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, adzab neraka, fitnah kehidupan dan kematian serta fitnah al-Masih ad-Dajjal.’” (HR. Bukhari: 1377)
PENUTUP
Kita harus menyadari bahwa saat ini kita hidup di zaman fitnah. Kenyataan-kenyataan yang terjadi di sekitar kita sudah cukup menjadi bukti dari apa yang kita katakan. Oleh sebab itu, kita harus berusaha keras agar tidak terjerumus dalam fitnah dengan senantiasa mengikuti petunjuk-petunjuk agama serta berdo’a agar Allah melindungi kita semua.
Rasulullah mengajarkan sebuah do’a agar hati kita tetap diteguhkan di atas jalan yang benar. Dari Anas bin Malik, ia menuturkan: bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering berdo’a dengan do’a:
يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. Tirmidzi: 2140, Ibnu Majah: 3834 Dihasankan oleh al-Albani dalam al-Silsilah ash-Shahihah no. 2091)
Demikianlah pembahasan singkat ini, semoga dapat memberi manfaat. Wallahu A’lam. Ditulis di Ma’had Al-Furqon al-Islami, Srowo, Gresik, Jatim pada 16 Desember 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar