Sabtu, 30 September 2017

MELANGKAH MAJU MENATAP MASA DEPAN (Topik Utama Majalah Alwaan Edisi Perdana)


Semua dari yang kecil

Jika dicermati, gunung yang menjulang tinggi, perjalanan yang jauh, kobaran api, dan semisalnya, berawal dari sesuatu yang sederhana.

Gunung yang tinggi berasal dari tumpukan kerikil kecil, perjalanan yang jauh berawal dari satu langkah maju, api yang besar bermula dari percikan-percikan ringan. Nyaris tidak ada hal besar kecuali berawal dari hal yang kecil. Oleh sebab itu, jangan pernah  meremehkan perkara kecil. Ibnu Mu’taz rahimahullah pernah mengatakan:

لَا تَحْقِرَنَّ صَغِيْرَةً        إِنَّ الْجِبَالَ مِنَ الْحَصَى

“Jangan kau remehkan sesuatu yang kecil, sesungguhnya gunung berasal dari tumpukan kerikil” (Tafsir ibn Katsir: 1/164)

Begitu juga dalam kebaikan, banyak hal kecil pada kenyataannya menjadi sebab lahirnya sesuatu yang besar dan luar biasa.

Inilah Al-Imam Dzahabi rahimahullah, samudra ilmu, gunung yang menjulang, sejarah telah mencacat beliau dalam jajaran imam-imam besar kaum muslimin. Tahukah kita apa yang mendorong beliau hingga akhirnya mencapai kedudukan yang mulia itu? Ternyata sebabnya hanyalah satu kalimat singkat.

Disebutkan bahwasanya Imam al-Barzali ketika melihat tulisannya (Imam Dzahabi) mengatakan: ”Sungguh tulisan ini sangat mirip dengan tulisan para ahli hadits.” 

Meski hanya kalimat singkat dan seolah kecil, tapi kalimat itu sangat membekas dalam hati Iman Dzahabi. Lihatlah komentar beliau setelah mendengar kalimat tersebut: “Maka Allah menjadikanku cinta terhadap ilmu hadits.” (Ma'alim fi Thariqil Ishlah: 38)

Jangan remehkan kebaikan

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا

“Janganlah kamu meremehkan kebaikan sedikit pun.” (HR. Muslim: 6857)

Kebaikan tetaplah kebaikan meski terlihat kecil. Dan sebagaimana lazimnya sebuah kebaikan, besar atau kecil balasannya hanya Allah yang mengetahuinya. Bisa jadi sebuah amalan besar, tapi kecil dan tak bernilai di sisi Allah. Sebaliknya, sebuah amalan yang seolah terlihat kecil, tapi di sisi Allah menjadi menjadi besar.

Sekarang di pundak kita

Setelah berlalu sekian abad dari zaman keemasan, harus kita sadari kelemahan agama Islam saat ini. Bukan karena ketidakbenarannya, namun karena lemah dan kurangnya kesadaran pemeluknya.

Dahulu, mereka (para sahabat) rela mengorbankan segalanya untuk meninggikan agama ini. Harta, keluarga, kampung halaman, bahkan nyawa, tidak punya arti di sisi mereka. Mereka rela mengorbankan semua itu, asal agama ini mulia.

Namun, sekarang mereka telah tiada. Sadar atau tidak, kewajiban itu telah berpindah ke pundak kita. Masing-masing kita berkewajiban menjaga serta memuliakan agama ini. Oleh sebab itu, bantulah Islam! berjuanglah untuk Islam walau hanya dengan hal kecil yang kita mampu. Syaikh Abdurrahman As-Sa’di  rahimahullah pernah mengatakan:

رَحِمَ الله مَن أَعَانَ عَلَى الإِسْلاَم وَلَوْ بِشَطْرِ الكَلِمَة

“Semoga Allah merahmati seorang yang menolong agama Islam, meski hanya dengan sepatah kata.” (Ma'alim fi Thariqil Ishlah: 37)

Mari melangkah

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِز

“Bersemangatlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan kamu lemah.” (HR. Muslim: 6945

Jangan  pernah beralasan dengan kekurangan. Karena memang, kekurangan itu sifat manusia dan ciri kehidupan dunia. Jika sudah jelas sesuatu itu bermanfaat, maka bersegeralah untuk memulai, tanpa memandang besar kecilnya.

Kita tidak perlu mengukur seberapa jauh jarak yang akan kita tempuh, namun cukup dengan memulai langkah pertama. Dengan begitu, cepat atau lambat kita akan sampai ke tujuan. Mari melangkah, berjuang untuk masa depan Islam! Wallahul Muaffiq.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar