Rabu, 27 September 2017

TAMENG DIRI DARI SETAN


SETAN ADALAH MUSUH UTAMA

Kebanyakan manusia lupa terhadap musuh utamanya di dunia. Atau bahkan mungkin tidak tahu siapa. Sehingga dengan ketidaktahuannya itu ia pun menjadikan yang bukan musuh menjadi musuh.  Padahal Allah Subhanahu wata’ala telah jelas-jelas mengkabarkan bahwa musuh utama manusia adalah setan. Allah berfirman : 

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ  

Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu. [Al-Baqarah: 168]
 
PENCAPAIAN YANG BESAR

Oleh sebab itu, menyadari siapa sesungguhnya musuh manusia adalah sebuah pencapaian yang sangat besar. Syaqiq Al-Balkhi pernah bertanya kepada salah seorang muridnya yang bernama Hatim.

“Wahai Hatim, engkau telah bersamaku dalam waktu sekian lama. Apa yang telah engkau pelajari?”
“Ada delapan perkara, wahai guru” jawab Hatim.
diantaranya.... ”Aku menyaksikan manusia saling bermusuhan, kemudian aku mencermati firman Allah:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuhmu.”  [Fathir :6]

Maka aku tinggalkan permusuhan dengan mereka (manusia) dan aku jadikan setan sebagai musuh satu-satunya.” [Mukhtashor minhajul Qoshidin : 32-33]

SETAN TELAH BERSUMPAH MENYESATKAN MANUSIA

Ketika pemuka dan raja setan, Iblis diusir dari surga karena kesombongannya menolak perintah Allah agar bersujud kepada Adam, ia pun bersumpah akan menyesatkan Adam dan anak keturunannya dari jalan yang lurus.

Allah berfirman menghikayatkan kejadian tersebut :

 قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِين

Iblis menjawab: “ Karena engkau telah menghukumku tersesat, aku benar benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian akan aku datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” [Al-A’raf: 16-17]

Lihatlah betapa kuatnya tekad Iblis untuk menyesatkan manusia. Ia tidak akan melewatkan satu kesempatan pun untuk menggelincirkan mereka. Semua jalan akan ia tempuh, segala macam tipu daya akan ia kerahkan untuk mewujudkan tekadnya tersebut.


JAGA DIRI DENGAN MENUNTUT ILMU

Dari Mu’awiyah Radhiallahu‘anhu, ia mengatakan. Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda :

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik niscaya Allah akan memahamkannya terhadap agamanya” (Bukhori :17, Muslim: 1037)

Allah akan memberikan taufiq kepadanya. Ia pahamkan agama yang benar agar jauh dari jalan-jalan kesesatan serta tipu daya setan.

SETAN TAK BISA MENGGODA

Ketika setan telah besumpah hendak menyesatkan Adam serta anak keturunannya, ia memberikan pengecualian. Maksudnya yaitu ada orang-orang yang tidak akan bisa ia gelincirkan.
Allah berfirman menghikayatkan hal itu:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِين

“Iblis berkata:’Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan aku sesat, aku pasti akan jadikan kejahatan terasa indah bagi mereka (manusia) di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hambaMu yang terpilih diantara mereka” (QS.Al-Hijr:39-40)

Di antara orang-orang pilihan itu adalah orang-orang yang menuntut ilmu agama.

KISAH SYAIKH ABDUL QODIR AL-JAILANI

Syaikh Abdul Qodir al-Jailani pernah menuturkan:

"Suatu hari pada sebuah perjalananku, aku merasakan panas yang sangat menyengat. Sampai-sampai aku hampir mati kehausan. Kemudian ada awan hitam menaungiku. Angin dari awan itu bertiup menerpaku, hingga air liurku pun terasa berputar dalam mulutku. Tiba-tiba saja dari arah awan itu ada suara yang menyeru ;

“Wahai Abdul Qodir, aku adalah rabbmu.”

Maka aku pun bertanya kepadanya ;

“Engkaukah Allah yang tidak ada ilah selainNya?”(Syaikh mengalihkan nama yang musytarak -bisa digunakan untuk yang lain,semisal dikatakan rabbuddar: pemilik rumah, dan rabbulmal: pemilik harta- kepada nama yang khusus bagi Allah.)

Kemudian ia kembali menyeruku untuk yang kedua kalinya.

“Wahai Abdul Qodir, aku adalah rabbmu. Aku telah menghalalkan apa yang diharamkan bagimu.”

Maka aku pun menyahut ;
“Engkau dusta, tetapi engkau adalah setan”

Lantas kemudian awan itu pun buyar, dan aku mendengar seorang berkata dari arah belakangku ;
“Wahai Abdul Qodir engkau telah selamat dariku dengan pengetahuanmu terhadap agamamu. Padahal aku telah menyesatkan 70 orang dengan cara ini.”

Kemudian setelah kejadian itu ditanyakan kepada Syaikh Abdul Qodir:
“Bagaimana engkau tahu bahwa dia adaltaah setan?”

Beliau menjawab:
“Tatkala ia mengatakan ; aku telah mengahalalkan bagimu. Karena setelah wafatnya Rasulullah tidak ada lagi penghalalan serta pengharaman.” [Fiqhud Da’wah wa Tazkiyatun Nufus : 113-114]

Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa salah satu cara membentengi diri dari tipu daya setan adalah dengan menuntut ilmu agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar