Senin, 31 Juli 2017

TAHU TAK TAHU (Art.Salayok27)


Kita tentu pernah membaca komentar orang-orang kalau ada "sikut-sikutan" masalah agama di media sosial? Macam-macam. Tapi yang lucu itu begini:

“Memang sih saya bukan orang yang berilmu, saya masih awam dalam agama, tapi kalau dalam masalah ini……..” 

Kemudian dia dengan gampangnya memutuskan, menilai mana yang benar dan yang salah. Senjata utamanya akal, logika, dan perasaan. Mulutnya yang mengatakan ia tidak tahu dan tidak pantas berkomentar, mulutnya juga yang mengingkari.

Itulah kenyataannya, banyak orang yang sudah tahu sakit, tapi tak mau berobat. Sadar bahwa dia masih bodoh dalam agama tapi tidak mau belajar. Hobinya ya begitu, baca postingan lantas komentar, debat. Boro-boro bisa baca kitab Arab, baca Kitabullah saja kadang belum benar.

Kebodohan adalah penyakit. Tidak ada obatnya kecuali belajar, bertanya pada ahlinya. Allah memerintahkan kepada siapa saja yang tidak tahu untuk bertanya:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui. (QS. Al-Anbiya': 7)

Dalam sebuah hadits, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, ia bercerita:

“Dalam suatu perjalanan, salah seorang dari kami tertimpa batu, melukai kepalanya. Kemudian orang itu mimpi basah lalu bertanya kepada teman-temanya; ‘Apakah boleh dalam kondisi seperti ini saya mendapat keringanan untuk bertayamum?’

Mereka menjawab, ‘Menurut kami, kamu tidak mendapatkan keringanan selama kamu mampu mendapatkan air.’ Kemudian orang itu mandi lalu mati.

Sampailah berita itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka beliau pun bersabda:

 قَتَلُوهُ قَتَلَهُمُ اللَّهُ أَلاَّ سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِىِّ السُّؤَالُ

‘Mereka telah mencelakakannya, semoga Allah mencelakakan mereka. Mengapa mereka tidak bertanya ketika mereka tidak tahu? Sesungguhnya obat dari kebodohan adalah bertanya….’” (HR. Abu Dawud: 336)

Jadi kalau kita punya penyakit, segeralah berobat. Dan memang obat kebodohan yang paling utama adalah rutin hadir di majelis-majelis ilmu, tidak hanya belajar dari postingan. Semoga Allah memberkahi orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, lantas kemudian ia berusaha menghilangkan ketidaktahuannya itu, serta memilih diam ketika ia tahu bahwa dirinya tidak tahu dalam permasalahan itu.

Minggu, 30 Juli 2017

KENCING SEMBARANGAN (Art.Salayok26)

🔍Kalau mau cari orang kencing sembarangan, di Indonesia lumayan banyak. Lihat saja di jalan-jalan, terminal, di samping atau belakang truk-truk, pohon-pohon taman kota. Makanya ada yang bilang:

🌴“Kalau mau tahu depan dan belakangnya sebatang pohon, dicium saja aromanya. Kalau bau pesing itu berarti belakangnya. Karena, orang kalau kencing selalu di belakang pohon.”

Parahnya lagi, sudah kencing sembarangan tidak bersuci. Padahal, salah satu penyebab siksa kubur adalah ini; tidak bersuci dari kencing.

Ibnu Abbas pernah menuturkan
“Suatu hari Rasulullah pernah melewati dua kuburan, kemudian beliau bersabda:

 إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا هَذَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ………

‘Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang di adzab. Dan keduanya didzab bukan karena hal yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun yang ini karena dia tidak membersihkan diri dari air kencingnya…..’” (HR. Bukhari: 6052, Muslim: 292)

💐Oleh sebab itu, bagi ayah bunda jagan dibiarkan sikecil kencing sembarangan dan tidak bersuci. Didiklah mereka untuk selalu menjaga kebersihan, beri tahu mereka balasan bagi siapa yang tidak bersuci dari kencingnya.

🍃Jika generasi bangsa ini terdidik dari kecil dengan ajaran Islam, kita yakin ke depan tidak ada lagi bau pesing di tempat-tempat tadi.

Semoga bermanfaat.

Jumat, 28 Juli 2017

KEWAJIBAN HAMBA KEPADA ALLAH Bag.3

Soal 4:
Apakah kita menyembah Allah karena khawatir dan harap?

Jawab 4:
Ya, kita menyembahnya demikian.

Firman Allah tentang ciri-ciri orang yang beriman:

 يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا

Mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap. (QS. As-Sajadah: 16)

Sabda Rasulullah:

أَسْأَلُ اللهَ الجَنَّةَ وَأَعُوْذُ بِهِ مِنَ النَّارِ

“Aku meminta surga kepada Allah dan aku berlindung dengan-Nya dari adzab neraka.” (HR. Abu Dawud)

Soal 5:
Apa yang dimaksud dengan ihsan dalam beribadah?

Jawab 5:
Ihsan adalah kesadaran akan pengawasan Allah dalam beribadah.

Allah berfirman:

الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ

Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang). (QS. Asy-Syu’ara’: 218)

Rasulullah bersabda:

أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لاَ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seperti melihat-Nya. Sekalipun engkau tidak melihatnya, tetapi Ia melihatmu.” (HR. Muslim: 9)
__________________________

Sebagian orang ada yang mengatakan:

“Kita, jika beribadah harus benar-benar ikhlas kepada Allah dan salah satu tanda keikhlasan itu adalah beribadah tidak karena mengharapkan surga dan tidak pula karena takut dari adzab neraka.”

Semua manusia tentu bisa berpendapat, tetapi apakah pendapatnya itu benar atau tidak maka kita kembalikan kepada syariat.

Dalil-dalil yang ada, baik al-Qur’an ataupun hadits Nabi, justru menunjukkan sebaliknya. Memerintahkan kita untuk senantiasa beribadah kepada Allah dengan rasa harap dan takut. Harapan masuk surga dan takut dari adzab neraka.

Bahkan Rasulullah -manusia yang paling ikhlas beribadah kepada Allah- memerintahkan kita untuk meminta surga yang paling tinggi dan indah yaitu surga Firdaus.

Beliau bersabda:

فَإِذَا سَأَلْتُم اللهَ فَسَلُوْهُ الفِرْدَوْسَ

“Jika engkau meminta kepada Allah, mintalah surga Firdaus.” (HR. Ahmad, Shahih al-Jami’: 2126)

Semoga bermanfaat.

KEWAJIBAN HAMBA KEPADA ALLAH Bag.2

Soal 2:
Apakah yang dimaksud ibadah?

Jawab 2:
Ibadah adalah sebutan menyeluruh untuk setiap ucapan dan perbuatan yang dicintai Allah seperti shalat, penyembelihan kurban dan lain-lain.

Allah berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An’am: 162)

Rasulullah bersabda:
“Allah berfirman;

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ

‘Tidak ada taqarrub (pendekatan diri) hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai dari apa yang Aku wajibkan kepadanya.’” (HR. Bukhari: 6137)

Soal 3:
Bagaimana kita menyembah Allah?

Jawab 3:
Seperti yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Allah berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad: 33)

Rasulullah bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang melakukan sebuah perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka perbuatan tersebut tertolak.” (HR. Muslim: 1718)
______________

Ini yang perlu diperhatikan, ibadah itu bukan apa yang kita sukai tapi apa yang disukai Allah. Belum tentu apa yang kita pandang bagus, dicintai oleh Allah. Oleh sebab itu, niat yang baik (ikhlas kepada Allah) saja tidak cukup. Masih ada satu lagi yang harus dipenuhi yaitu tata caranya yang sesuai dengan tuntunan syariat.

Syarat diterima ibadah:

Pertama, ikhlas untuk Allah

Dalilnya firman Allah:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)

Kedua, mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan Rasulullah)

Dalilnya sabda Nabi:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang melakukan sebuah perbuatan yang tidak kami perintahkan, maka perbuatan tersebut tertolak.” (HR. Muslim: 1718)

Imam Ibnul Qayyim mengatakan:

“Sesungguhnya Allah menjadikan ikhlas dan mutaba’ah sebab diterimanya amal. Apabila salah satunya saja hilang (tidak terpenuhi) maka amal tidak diterima.” (ar-Ruh 1/135)

Semoga bermanfaat.

KEWAJIBAN HAMBA KEPADA ALLAH Bag. 1

Soal 1:
Kenapa Allah menciptakan kita?

Jawab 1:
Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.

Dalilnya adalah firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Sabda Rasulullah:

حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا

“Kewajiban hamba kepada Allah adalah meyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun.” (HR. Bukhari:5912, Muslim: 30)
__________________

Sekarang pertanyaannya, “Kenapa hanya manusia dan jin saja yang disebutkan dalam ayat ini? Bukankah semua makhluk juga wajib beribadah kepada Allah?!”

Jawabnya, karena dua makhluk inilah yang sering bermasalah; mudah lupa dan sering membangkang.

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah memberitakan tentang kejadian akhirat yang menunjukkan benarnya apa yang kita katakan di atas. Beliau bersabda:

 يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لأَهْوَنِ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا لَوْ كَانَتْ لَكَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا أَكُنْتَ مُفْتَدِيًا بِهَا فَيَقُولُ نَعَمْ فَيَقُولُ قَدْ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ مِنْ هَذَا وَأَنْتَ فِى صُلْبِ آدَمَ أَنْ لاَ تُشْرِكَ - أَحْسَبُهُ قَالَ - وَلاَ أُدْخِلَكَ النَّارَ فَأَبَيْتَ إِلاَّ الشِّرْكَ

“Allah bertanya kepada seorang penghuni neraka yang paling ringan adzabnya: ‘Jika seandainya engkau memiliki dunia dan segala isinya, apakah engkau mau menjadikan semua itu sebagai tebusan dirimu?’ Orang itu menjawab: ‘Tentu’ Kemudian Allah berkata: ‘Sungguh dahulu Aku menginginkan darimu sesuatu yang lebih ringan dari hal itu tatkala engkau masih di shulbi Adam yaitu, jangan engkau mempersekutukan-Ku dan Aku tidak akan memasukkanmu ke dalam neraka. Tetapi engkau enggan, engkau tetap mempersekutukan-Ku.’” (HR. Muslim: 2805)

Oleh sebab itu, luangkanlah sejenak waktu untuk mengingat hal ini. Kita, makhluk pelupa dan terkadang keras kepala. Sering-seringlah mengatakan kepada diri, “Engkau diciptakan untuk beribadah, jangan lupa, jangan ngeyel, nanti engkau menyesal, sesal kemudian tiada berguna.”

Rutinlah ke masjid, rajinlah pergi mengaji (belajar) dan berteman dengan orang-orang shalih agar kita senantiasa ingat dengan tujuan penciptaan kita di dunia ini; menauhidkan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya.

Semoga bermanfaat.

ANTARA MASHLAHAT DAN MAFSADAT

Memang seorang itu banyak terpengaruh dengan kebiasaannya sehari-hari. Kalau tidak percaya, mari kita lihat realita.

Anda tentu sering mendengar ada remaja yang bunuh diri karena di”putuskan” oleh pacarnya bukan? Tahukah Anda, bahwa ternyata di antara penyebabnya adalah karena ia sering menonton drama cinta. Ia sangat menghayati jalan ceritanya. Seolah dialah yang menjadi pemeran. Makanya jangan heran, jika ada orang yang sampai menangis ketika menonton “Telenovela”.

Padahal, ia sendiri tahu bahwa itu hanya sandiwara saja. Dan ketika di dunia nyata ia mendapatkan yang semisal, ia langsung ingat dengan jalan cerita film kesukaannya tadi. Sebagaimana pemeran dalam film itu bunuh diri, ia pun akhirnya ikut-ikut juga. “Biar terkesan keren, bukti cinta sejati.” mungkin begitu prasangka mereka.

Ada teman bercerita, anak-anak TK di kampungnya pernah ditugaskan untuk mengambar. Salah satu dari mereka ternyata ada yang menggambar sesuatu yang lain dari teman-temannya yang lain. Yang di gambar bukan sawah, gunung, matahari, mobil. Tidak. Tapi yang dia gambar adalah “pocong”. Setelah ditelusuri, ternyata benar bahwa si-anak sering nonton film horor.

Dan sekarang coba lihat perubahan tatanan sosial bangsa kita. Pergilah ke pasar atau tempat-tempat umum lainnya. Lihat bagaimana pakaiannya, cara bergaul, dst, apakah Anda bisa membedakan antara muslim dengan yang bukan?

Rasa kira Anda akan mengatakan: “Tidak bisa” atau paling tidak akan mengatakan, “Sulit”. Faktor besar dari perubahan itu adalalah tontonan televisi.

Oleh sebab itu, saya hanya mengajak kepada semuanya untuk mulai memikirkan kembali mashlahat dan mafsadat (pegaruh positif dan negatif) dari televisi.

Ketahuilah, bahwa hampir 90 % media-media itu dikendalikan oleh Freemansonry, sebuah organisasi terselubung milik Yahudi. Dan Anda tentu sering mendengar firman Allah:

وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. al-Baqarah: 120)

Tentu Anda bisa memahami apa yang direncanakan oleh musuh-musuh kita itu melalui televisi ini. Coba renungkan sejenak.

Semoga bermanfaat.

BIBIT DAN RAIN (Art.Refleksi Hikmah)


Ada yang bilang, kehidupan itu sejarah yang berulang. Apa yang pernah terjadi di masa lampau akan terjadi lagi di hari ini dan juga mungkin esok hari. Hanya berbeda tempat dan pelakunya saja.

Jika kita membaca sejarah kemunculan Islam, niscaya kita akan mendapati kisah yang sangat luar biasa. Hati kita akan bercampur aduk dengan beragam perasaan, gabungan antara haru, bahagia, prihatin, dan geram.

Perjuangan yang menakjubkan dari seorang Rasul dalam menyampaikan risalah untuk menyelamatkan manusia dari kecelakaan. Dibantu oleh manusia-manusia pilihan yang tidak sedikit dari mereka yang merupakan keluarga dekat. Sebut saja, Khadijah, Hamzah, Abbas, Abu Thalib, Ali, Utsman, Zubair, dst.

Dan jika diperhatikan, ternyata yang jadi duri dan batu sandungan dari dakwah beliau itu juga bukan “orang jauh.” Dengan kata lain, musuh beliau juga kebanyakan dari keluarga. Sebut saja, Abu Lahab, atau suku Quraisy secara umum. Inilah yang membuat kita geram, akan tetapi itulah takdir Allah, dan semua ada hikmahnya.

ADA CAHAYA DI ANTARA HUTAN JATI

Kami pernah bekunjung ke sebuah desa, tersuruk di dalam hutan. Harus menempuh jalan mendaki menurun untuk sampai ke tempat itu. Dikelilingi oleh bukit-bukit dan hutan jati. Dengan masyarakat yang dahulu terkenal dengan praktek perdukunan dan juga “penebangan liar.” Bahkan, yang terakhir ini seolah telah mendarah daging sampai sekarang. Ini bukan pendapat saya, tetapi pengakuan dari penduduknya sendiri.

Seorang pemuda, saya memanggilnya Mas Yuri bercerita, bagaimana dahulu di masa kecil ia sudah dilatih untuk menguasai beberapa trik agar sukses dalam misi penebangan liar kayu jati. Saya sempat juga diajari beberapa di antaranya. Bagaimana cara membuat agar kampak tidak berbunyi ketika dihujamkan ke pohon jati dan juga cara melarikan diri dari kejaran polisi atau penjaga. Sungguh sangat luar biasa.

Namun Allah dengan hikmah-Nya, menakdirkan cahaya Islam yang bersih muncul dari desa ini. Dan yang menjadi pionernya adalah sejumlah orang yang semuanya hampir bisa dikatakan masih punya hubungan satu dengan yang lain. Entah melalui hubungan nasab atau pernikahan.

KESEDERHANAAN, KEKELUARGAAN, DAN SEMANGAT GOTONG ROYONG

Saya yakin, Anda akan haru jika melihat mereka, apalagi mendengar cerita panjang perjalanan hidup mereka. Jujur, saya menangis tatkala melihat dan berbaur langsung dengan mereka. Padahal, baru dua kali saya berkunjung kesana.

Sebelumnya, saya kira bahwa kekompakan, jiwa gotong-royong, bantu membantu ibarat tangan itu, hanya ada pada cerita orang-orang tua dahulu. Saya menduga hal itu tak ada lagi di zaman ini, karena semua telah berubah. Ternyata, saya salah.

Tak kuasa saya membendung air mata, saat melihat semangat mereka dalam kebaikan. Dalam hal menuntut ilmu, saya berani mengatakan mereka telah mengalahkan semangat sebagian besar santri. Dalam hal gotong royong, sangat mengharukan. Anda tahu, yang datang mulai dari yang kecil sampai orang tua yang sudah ringkih. Tapi, yang ringkih itu raganya tidak dengan semangat dalam dadanya.

Mereka bukan orang-orang kaya, hanya orang desa biasa. Ada yang bertani, berternak, sebagian tukang kayu atau bangunan, dst. Akan tetapi, menurut saya merekalah orang-orang kaya sesungguhnya.

Meski hidup penuh dengan kesederhanaan atau mungkin juga dengan kemiskinan (Anda tahu, bahwa rumah-rumah mereka masih banyak yang berlantaikan tanah), tapi mereka mampu memberi.

Saya pernah bertanya langsung kepada ketua yayasan yang terlibat langsung dalam pembangunan ini; baik pembangunan fisik (bangunan) maupun mental (spritual keagamaan), “Dari mana Anda mendapatkan dana untuk pembangunan, terutama masjid ini?”

Jawabnya, “Dari tawakkal kepada Allah dan sumbangan masyarakat setempat. Ada yang menyumbang harta, pikiran dan juga tenaga. Pembangunannya hampir bisa dikatakan semuanya dengan gotong royong. Untuk biaya operasional bulanan yang butuh dana lebih kurang 5 Juta, berasal dari sumbangan mereka.”

Dari sini saya katakan, “Mereka orang-orang kaya yang sesungguhnya.” Sebab, kaya bukan masalah duit, tetapi kemampuan memberi kepada orang lain, dan pemberian itu tidak mesti uang. Meski banyak orang yang mempunyai harta yang berlimpah, namun jika belum mampu memberi atau bahkan masih merasa kurang, mereka tetap belum bisa dikatakan kaya.

SEJARAH YANG BERULANG

Saya ingin kaitkan antara apa yang saya utarakan di awal dengan kisah desa ini. Sebagaimana, sejarah kemunculan Islam di zaman Rasulullah, begitu pula yang terjadi di desa tadi.

Yang menerima dakwah dan yang menjadi penolongnya, mereka yang masih ada hubungan keluarga. Sedangkan, yang menjadi duri dan batu sandungannya adalah orang-orang yang juga masih ada hubungan keluarga dengan mereka.

Mereka bercerita, suatu ketika terjadi peristiwa yang hampir berujung pada bentrokan fisik. Jika waktu itu ada sedikit saja percikan api,  mungkin sudah terjadi perang saudara. Pada saat itu, saling berhadapan antara keluaga dengan keluarga. Ada anak dengan bapaknya, kakak dengan adiknya, mertua dan menantu, sahabat dengan sahabat, dan seterusnya.

Mendegar hal itu, pikiran saya langsung ingat dengan peristiwa awal kedatangan Islam. Persis seperti peristiwa di perang Badar, dan benar sabda Rasulullah:

إِنَّ الإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاء . قِيْلَ : مَنْ هُمْ يَا رَسُوْلَ الله ؟ قَالَ : الَّذِيْنَ يَصْلَحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاِس

“Sesungguhnya Islam bermula dalam keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana ia bermula maka beruntunglah orang-orang yang asing.” Ada yang bertanya: “Siapa mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Orang-orang yang tetap dalam keshalihan tatkala manusia rusak.” (HR. Abu ‘Ammar ad-Dani dalam as-Sunanu al-Waridah fi al-Fitan, dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah: 3/267)

BIBIT DAN RAIN?

Kembali ke judulnya, Anda tentu bertanya tanya, “Apa hubungan antara cerita saya di atas dengan judulnya; Bibit dan Rain?” Bibit dan Rain itu adalah nama dua kuda yang mengantarkan saya berkeliling desa ini serta menikmati panorama keindahan alam sekitarnya.

Anda tahu, desa apa itu? Namanya Jamprong, sebuah keindahan yang mungkin tak akan pernah terlupakan. Kalau  ada  waktu  luang  berkunjunglah  kesana, Anda  akan  mendapatkan  sesuatu yang mungkin tidak  ada  di  tempat lain.

SAHUR DAN NGALAP BERKAH

Pernah suatu ketika, dalam perjalanan pulang dari Lamongan menuju Gresik, iseng saja kami mampir di dua tempat “wisata religi” (tepatnya sih, “wisata kesyirikan”) yang sangat terkenal; makam Sunan Drajat dan makam Syaikh Maulana Ishaq (ayah Sunan Giri), karena memang lokasi keduanya saling berdekatan.

Anda tahu bagaimana suasananya di dua lokasi itu? Biasa, seperti kuburan-kuburan para wali yang lainnya, selalu saja ramai oleh peziarah. Tidak hanya dari pulau Jawa, dari pulau seberang pun juga ada.

Bayangkan, tempat parkirnya saja tak ubahnya dengan terminal. Bus-bus besar saling berjejer, mobil pribadi dan sepeda motor, toko-toko penjual makanan dan oleh-oleh di samping kiri dan kanan, ada pos masuk dan keluar, orang-orang berlalu-lalang. Pokoknya, persis dengan terminal. Bahkan, terminal di kampung saya (Painan, Sumbar) tak seramai di sana.

Sekarang pertanyaannya, kira-kira apa yang dicari oleh peziarah-peziarah itu? Jawabnya, paling tidak jauh-jauh dari mencari keberkahan, atau yang lebih “ngetren” dengan istilah “ngalap berkah.”

Padahal, seandainya jika kita mengikuti ajaran Islam yang sesungguhnya, niscaya kita akan mengetahui bahwa untuk mencari keberkahan tidak perlu repot-repot begitu. Tidak perlu mengeluarkan duit banyak untuk biaya “tour religi” ngalap berkah (sebenarnya bukan “ngalap berkah,” lebih tepatnya “ngalap syirik.” Sebab, disana sama sekali tidak ada keberkahan yang ada hanya kesyirikan).

Banyak yang bisa dilakukan untuk mendapatkan keberkahan, salah satunya (mumpung di bulan Ramadhan) dengan makan sahur. Sebab, Rasulullah bersabda:

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari: 1923)

Karenanya, meski hukumnya tidak wajib, namun hendaknya kita berusaha untuk tidak meninggalkan makan sahur walaupun hanya dengan seteguk air.

Rasulullah bersabda:

 السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ، فَلَا تَدَعُوهُ، وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِينَ

“Makan sahur itu penuh berkah. Maka janganlah kalian tinggalkan walaupun hanya seteguk air. Sesungguhnya Allah dan Malaikatnya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad: 11086)

Betul bukan, bahwa untuk mendapatkan keberkahan tak perlu repot-repot, cukup dengan seteguk air saja ketika sahur.

Oleh sebab itu, saat Anda menikmati sahur ingat-ingatlah selalu hadits ini, supaya makan sahur Anda bernilai ibadah. Dan mudah-mudahan Anda mendapat berkah. Amin. Semoga bermanfaat.

SYIRIK LAGI, SYIRIK LAGI

Kadang kita jadi seyum-seyum sendiri ketika mendengar komentar sebagian orang zaman sekarang tentang syirik. Entah apa sebabnya, seolah ucapannya itu keluar dari hasil penelitian panjang. Padahal, jauh sekali.

Sering kita mendengar ucapan, “Sekarang zaman telah berubah, bukan zaman unta lagi. Tidak tepat kita masih terus-menerus bicara tentang syirik. Manusia di zaman ini sudah sangat tinggi tingkat intelektualnya.” atau 

“Syirik, syirik melulu, sekarang saatnya bicara politik. Bagaimana memperbaiki birokrasi kita yang kian hari kian memburuk.” Atau

“Syirik, syirik terus. Ngak sadar banyak kekayaan alam kita sekarang dikuasai orang asing. Itu lihat Freeport, New Mount, Exson, dst.” Atau yang semisalnya.

Sekarang mari kita bicarakan sedikit. Siapa yang tidak kenal dengan Nabi Ibrahim. Apakah ada di antara kita yang masih sangsi terhadap kuatnya tauhid beliau?

Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai “Abul Anbiya’ (bapak para nabi)” dan  penghulunya orang-orang bertauhid, masih saja khawatir terhadap kesyirikan sampai-sampai beliau berdo’a, sebagaimana yang dihikayatkan oleh Allah dalam firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)

Ibrahim At-Taimi mengatakan:

وَ مَنْ يَأْمَنُ البَلاَء بَعْدَ إِبْرَاهِيْمَ

“Siapa yang aman dari bala kesyirikan setelah Nabi Ibrahim?” (Fathul Majid hal. 101)

Artinya, jika Nabi Ibrahim saja sebagai ayah para nabi dan penghulunya orang-orang bertauhid merasa tidak aman dari kesyirikan, sampai beliau berdo’a kepada Allah agar dijauhkan darinya, maka selain Nabi Ibrahim lebih layak dan lebih patut untuk takut serta khawatir terhadap kesyirikan.

Kenapa? Karena kesyirikan itu bermacam-macam. Anda mungkin mampu menghindar dari kesyirikan yang jaliy (tampak jelas), tapi bagaimana dengan syirik yang samar-samar? Padahal, ada di antara syirik itu yang lebih samar dari pada suara langkah kaki semut.

Rasulullah pernah bersabda:

" أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا هَذَا الشِّرْكَ ؛ فَإِنَّهُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ "

“Wahai sekalian manusia, takutlah kalian dari kesyirikan ini, sebab ia lebih samar dari derap langkah kaki semut.” (HR. Ahmad 19606 dihasankan al-Albani dalam Shahih at-Targhib: 36)

Pertanyaannya, siapa gerangan yang mampu mendengar derap langkah kaki semut? Tidak ada manusia yang bisa. Apalagi manusia zaman sekarang,“Boro-boro mendengar suara langkah kaki semut, kadang suara adzan yang pakai speker saja banyak yang tak dengar, itu buktinya masjid banyak yang kosong.”

Oleh sebab itu, kita tidak akan berhenti bicara dan belajar tentang syirik. Kita tidak memungkiri bahwa membicarakan politik, ekonomi, dst itu adalah hal yang perlu. Tetapi, bicara tentang syirik jangan ditinggalkan, justru lebih perlu untuk dibicarakan. Harus jadi prioritas. Semoga bermanfaat.

Gresik, Ma’had al-Furqon al-Islami,

KENAPA?! (Art.Salayok25)


“Duh, sudah lelah letih ibadah, kok rezekinya ngak nambah-nambah, hidup tetap saja susah? Padahal tetangga sebelah, jangankan ibadah sunnah, shalat aja tidak. Tapi, hartanya melimpah ruah……..kenapa?!”

🐾Terkadang sebagian saudara kita atau mungkin juga kita, sempat berpikiran demikian. Ya namanya setan tentu akan berusaha mengganggu kita dengan bisikan yang bermacam-macam. Tapi, mari kita sama-sama renungkan ayat berikut.

Allah berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَىٰ عَذَابِ النَّارِ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al-Baqarah: 126)

Buya Hamka menjelaskan:

“Di dunia mendapat bagian yang sama di antara mukmin dan kafir. Malahan kadang-kadang rezeki yang diberikan kapada kafir lebih banyak daripada yang diberikan kepada yang beriman.

Tetapi, banyak atau sedikit pemberian Allah di atas dunia ini, dalam soal kebendaan belumlah boleh dijadikan ukuran. Nanti di akhirat baru akan diperhitungkan di antara iman dan kufur. Yang kufur kepada Allah, habislah rezekinya sehingga hidup ini saja. Ujian akan diadakan lagi di akhirat. Betapapun kaya raya, banyaknya tanam-tanaman, buah-buahan di dunia ini, tidak akan ada lagi setelah gerbang maut dimasuki.

Orang yang kaya kebendaan tetapi miskin jiwa, gersang dan sunyi daripada iman adalah neraka yang menjadi tempatnya.” (Tafsir al-Azhar: 1/298-299 Cet. Pustaka Panjimas)

Lantas apa yang kita rusuhkan, ternyata banyak sedikitnya rezeki di dunia bukan tolak ukur.

Mereka yang mendapatkan bagian yang banyak di dunia padahal mereka kufur nanti juga akan mempertanggung jawabkan.

Dan bagi Anda yang mendapat bagian yang sedikit padahal senantiasa beribadah kepada Allah, yakinlah bahwa Allah Maha Adil, tidak akan menzalimi hamba-Nya. Allah tunda di akhirat agar kelak terasa lebih indah dan nikmat. Harus yakin.

Semoga bermanfaat.
Zahir al-Minangkabawi

BEKERJA (Art.Salayok24)

💺Memprihatinkan memang, melihat dan menyaksikan sebagian orang Islam yang mengantungkan diri dengan meminta-meminta kepada manusia. Padahal, mereka kuat, muda dan bertenaga.

♻Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ

“Tidaklah seorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri. Sungguh Nabi Dawud ‘Alaihissalam, beliau makan dari hasil jerih payahnya sendiri.”_ (HR. Bukhari: 2072)

Inilah para Nabi dan Rasul Allah, orang-orang yang paling paham dengan hakikat kehidupan, yang paling terdepan dalam menjadikan akhirat sebagai tujuan. Paling takwa dan paling zuhud terhadap dunia. Namun mereka tetap bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka.

♻Nabi kita Muhammad pernah bersabda:

كَانَ زَكَرِيَّاءُ نَجَّارًا

“Nabi Zakariya adalah seorang tukang kayu.” (HR. Muslim: 2379)

💐Ibnu ‘Abbas pernah mengatakan:

“Nabi Adam adalah seorang petani, Nabi Nuh seorang tukang kayu, Nabi Idris seorang penjahit baju, Nabi Ibrahim dan Luth bercocok tanam, Nabi Shalih seorang pedagang, Nabi Dawud pembuat baju besi, Nabi Musa, Syu’aib dan Muhammad n adalah pengembala kambing.”

(Mukhtashar Minhajul Qashidin hlm. 105)

🍃Mari bersemangat dalam bekerja, jauhkan diri dari meminta-minta kepada manusia.

🌴Semoga bermanfaat.

SEBUAH KEBODOHAN (Art.Salayok23)

Imam Ghozali pernah menuturkan :

“Keyakinan dalam dirimu bahwa engkau lebih baik dari pada orang lain adalah sebuah kebodohan.

🌾Seharusnya engkau tidak memandang seseorang kecuali orang itu (dalam pandanganmu) lebih baik dari dirimu dan engkau lihat bahwa ia memiliki keutamaan di atasmu.

Apabila engkau melihat orang yang lebih muda darimu, katakanlah (kepada dirimu) : 'Anak ini belum bermaksiat kepada Allah sedangkan aku telah kuyup dalam memaksiati-Nya, tidak diragukan lagi bahwa ia lebih baik dari diriku.

Apabila engkau melihat seorang yang lebih tua darimu maka katakanlah : ‘Orang ini telah mendahuluiku dalam beribadah kepada Allah, tidak syak lagi bahwa ia lebih utama dariku.’

👍Apabila ia seorang yang berilmu maka katakanlah : ‘Orang ini telah diberikan sesuatu yang tidak diberikan kepadaku, ia telah mencapai apa yang belum mampu aku capai, ia mengetahui apa yang tidak aku ketahui, bagaimana mungkin aku sepertinya.’

🍂Apabila ia seorang yang bodoh maka katakanlah :* ‘Orang ini bermaksiat kepada Allah dengan kebodohannya sedangkan aku memaksiati-Nya dengan ilmu dan pengetahuanku, tentu hukuman Allah kepadaku lebih berat sementara aku tidak tahu bagaimana kelak akhir hayatku.’”

(Mawa’izul Imamil Ghozali: 51).

🍃Kapan lagi kita mulai belajar tawadhu', merobohkan ego diri, kalau bukan hari ini.

Bukankah sering selama ini kita memandang rendah saudara-saudara kita yang belum kenal sunnah?! Padahal belum tentu mereka rendah di sisi Allah. Betapa mudahnya  terkadang kita memandang mereka bodoh, pelaku bid'ah, fasik,dstnya. Padahal, kitalah yang bodoh karena mereka melakukan itu sebab kebodohan mereka

Sekaranglah saat yang tepat, karena "esok" belum tentu datang....

🌴Semoga bermanfaat.

PADI (Art.Salayok22)


“Semakin berisi semakin merunduk,” itulah falsafah hidup padi. Ketika bertambah isi dan berat setiap bulirnya, bertambah pula rundukannya.

Jika mau merenungkan, begitu pulalah seharusnya manusia. Semakin bertambah kelebihan dirinya maka semakin bertambah ketawadu’annya.

Bertambah jumlah hartanya semakin bertambah dermawan. Semakin tinggi pendidikan dan keilmuannya semakin rendah hati serta semakin halus budi pekertinya.

Tidak ada ruginya merendah, tidak akan hilang pangkat dan bangsa. Bahkan justru sifat inilah yang akan menjadikan seorang semakin mulia dan tinggi kedudukannya di mata manusia.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Tidaklah seorang bertawadhu’ karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim: 2588)

Mari berguru kepada padi, agar  mulia di sisi Allah  dan juga makhluk-Nya.

Semoga bermanfaat.
Zahir al-Minangkabawi

JALAN MASING-MASING (Art.Salayok21)


Sesungguhnya Allah tidak melihat posisi seseorang. Apakah dia seorang jenderal, panglima, manager perusahaan, ketua yayasan, kepala sekolah, dst, atau prajurit biasa, karyawan rendahan, petani, buruh kasar, cleaning service, tukang sampah, dll. Yang dilihat oleh Allah adalah amalan masing-masing. Allah berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

“Dan katakanlah: ‘Bekerjalah kamu maka Allah akan melihat pekerjaanmu begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin.” (QS. at-Taubah: 105)

Perlu diingat, Allah Mahakuasa. Tidak menutup kemungkinan pekerjaan besar menjadi kecil di sisi-Nya, sedangkan pekerjaan kecil menjadi besar.

Oleh sebab itu, kita tidak boleh rendah diri ketika orang lain terlihat sukses, disanjung dan dipuja banyak orang, sedangkan kita tidak.

Jangan! Tidak perlu silau dengan orang lain. Setiap orang punya jalan masing-masing.

Aisyah pernah mengatakan:

إِذَا أَعْجَبَكَ حُسْنُ عَمَلِ امْرِئٍ فَقُلْ {اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ} وَلَا يَسْتَخِفَّنَّكَ أَحَدٌ

“Seandainya engkau takjub dengan eloknya pekerjaan seseorang maka katakanlah: ‘Bekerjalah kamu maka Allah akan melihat pekerjaanmu begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin,’ jangan pernah engkau merasa kecil.” (HR. al-Bukhari: 7529)

Semoga bermanfaat.
Zahir al-Minangkabawi

IMAN DAN ADZAN (Art.Salayok20)

Di antara sifat orang yang bertakwa, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ

“Yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghaib dan mereka mendirikan shalat.” (QS. Al-Baqarah: 2)

📢Karena memang iman harus ada pembuktian, tidak hanya pemanis mulut saja. Jika kita ingin menjadi pribadi yang beriman maka adzan adalah salah satu pengujinya.

Buya Hamka pernah mengatakan:

“Tegasnya, kalau mulut telah tegas mengatakan iman kepada Allah, Malaikat, Hari Kemudian, Rasul yang tidak pernah dilihat oleh mata, maka bila panggilan sembanyang datang, bila adzan telah terdengar, diapun bangkit sekali buat mendirikan sembayang. Karena hubungan di antara pengakuan hati dengan mulut tidak mungkin putus dengan perbuatan.

Waktu datang panggilan sembahyang itulah ujian yang sangat tepat buat mengukur iman kita. Adakah tergerak hati ketika mendengar adzan? Atau timbulkah malas atau seakan-akan tidak tahu?……..

Maka jika waktu sembahyang telah datang dan kita genser (tidak peduli) juga, tanda iman belum ada, tandanya tidak ada kepatuhan dan ketaatan.

Dan itu diujikan kepada kita lima kali sehari semalam. Kadang-kadang sedang kita asyik mengobrol, kadang-kadang sedang asyik berapat; bagaimanakah rasanya pada waktu itu? Kalau tidak ada getarnya ke dalam hati, tandanya seluruh yang kita mintakan kepada Tuhan telah percuma belaka. Petunjuk yang kita harapkan tidaklah akan masuk ke dalam hati kita.”

(Buya Hamka, Tafsir al-Azhar 1/118 cet. Pustaka Panjimas)

🍃Sudah adzan, ayo segera ke masjid......Saatnya membuktikan kata "iman" yang diucapkan oleh lisan kita ini.

🌴Semoga bermanfaat.

CEMBURU (Art.Salayok19)

Banyak laki-laki sekarang selesai kerja harus tunggang langgang, harus cepat-cepat pulang. Bukan karena apa-apa, tapi karena istrinya seorang pecemburu, khawatir nanti dituduh yang bukan-bukan.

💞Bicara tentang “cemburu” memang tidak ada habisnya. Karena cemburu tidak hanya haknya ibuk-ibuk. Bahkan tidak hanya makhluk, Allah pun punya sifat cemburu.

♻Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Mughirah, ia bercerita:

“Sa’ad bin Ubadah pernah mengatakan, ‘Seandainya aku melihat ada laki-laki bersama isteriku, maka akan aku tebas laki-laki itu dengan pedang tanpa ampun.’

Sampailah ucapan itu kepada Rasulullah. Lantas beliau bersabda:

 أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ وَاللَّهِ لاَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي وَمِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللَّهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعُذْرُ مِنْ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ بَعَثَ الْمُبَشِّرِينَ وَالْمُنْذِرِينَ وَلاَ أَحَدَ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمِدْحَةُ مِنْ اللَّهِ وَمِنْ أَجْلِ ذَلِكَ وَعَدَ اللَّهُ الْجَنَّةَ

‘Apakah kalian takjub dengan kecemburuan Sa’ad?! Demi Allah, aku lebih pecemburu dari dia dan Allah lebih pecemburu lagi dariku. Karena cemburulah Allah mengharamkan perbuatan keji baik yang tampak ataupun tersembunyi. Tidak ada yang lebih senang terhadap udzur (taubat) daripada Allah. Karena itulah Dia mengutus para Rasul. Tidak ada yang lebih senang terhadap pujian daripada Allah, karena itulah Dia menjanjikan surga.’” (HR. Bukhari: 7416)

🍃Oleh sebab itu, sebagai seorang muslim ingatlah bahwa Rabb kita pecemburu. Jangan diterjang larangan-larangan-Nya.

🍂Jika Anda berusaha menjaga pantangan dari istri agar dia tidak cemburu, menjaga pantangan Allah harus lebih. Sebab, Allah lebih pencemburu dari istri Anda. Mari jauhi larangan-Nya.

🌴Semoga bermanfaat.

PENCAPAIAN BESAR (Art.Salayok18)

Kebanyakan manusia lupa terhadap musuh utamanya di dunia. Atau bahkan mungkin tidak tahu siapa. Sehingga dengan ketidaktahuannya itu ia pun menjadikan yang bukan musuh menjadi musuh.

Padahal Allah Subhanahu wata’ala telah jelas-jelas mengkabarkan bahwa musuh utama manusia adalah setan.

♻Allah berfirman :

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa  terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” [Al-Baqarah: 168]

Oleh sebab itu, menyadari siapa sesungguhnya musuh manusia adalah sebuah pencapaian yang sangat besar.

Syaqiq Al-Balkhi pernah bertanya kepada salah seorang muridnya yang bernama Hatim.

“ Wahai Hatim, engkau telah bersamaku dalam waktu sekian lama. Apa yang telah engkau pelajari?”

“ Ada delapan perkara, wahai guru.” Jawab Hatim.

🔍Di antaranya.... ”Aku menyaksikan manusia saling bermusuhan, kemudian aku mencermati firman Allah:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuhmu.”  (Fathir :6)

💐Maka aku tinggalkan permusuhan dengan mereka (manusia) dan aku jadikan setan sebagai musuh satu-satunya.” [Mukhtashor minhajul Qoshidin: 32-33]

🍃Ingat, musuh kita adalah setan bukan saudara kita sesama muslim. Hentikanlah segala bentuk permusuhan,  jangan mudah diadu domba oleh setan-setan; baik setan dari jin maupun setan dari manusia.

🌴Semoga bermanfaat.

AL-A'SYA (Art.Salayok17)

🍂Namanya Maimun bin Qais, ia dijuluki Al-A’sya (si rabun senja) karena matanya yang rabun. Dia adalah salah satu penyair Jahiliyah papan atas, salah satu Ashhabul Mu’allaqat. (Lihat Tarajim Syu’ara Al-mausu’ah Asy-Syariah)

Imam Qurthubi menyebutkan kisahnya ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 219:

“Ketika A’sya menuju Madinah untuk masuk Islam, beberapa temannya (kaum musyrik) mencegatnya di jalan seraya bertanya kepadanya;
“Hendak kemana engkau?”

A’sya memberitahu bahwa ia hendak mendatangi Muhammad.

Mereka berkata: ”Jangan, sesungguhnya dia akan menyuruhmu shalat.”

A’sya menjawab: “Mengabdi kepada Rabb adalah suatu kewajiban.”

Mereka berkata: “Dia akan menyuruhmu untuk memberikan harta kepada orang-orang miskin”

A’sya menjawab: “Berbuat kebajikan adalah kewajiban”

Seorang dari mereka berkata: “Dia akan melarangmu berzina.”

A’sya menjawab: “Zina adalah perbuatan keji dan buruk menurut akal. Lagi pula aku sudah tua, tidak membutuhkan hal-hal semacam itu”

Kemudian ada yang berkata: “Dia akan melarangmu minum khamr”

A’sya menjawab: “Kalau yang ini, aku tidak bisa berhenti”

Ia pun kembali seraya mengatakan:

“Aku akan memuaskan diri dulu minum khamr selama setahun, kemudian baru aku mendatanginya.”

🏡Namun ia tak pernah sampai ke rumahnya, dia jatuh dari untanya hingga lehernya patah dan kemudian mati.

(Disadur dari Akibat Salah Pergaulan hal: 47-48)

🍃Inilah salah satu dari korban manusia beracun; teman buruk, membuat celaka. Maka hati-hatilah dalam memilih teman.

💐Hidup kita di dunia ini hanya sekali. Maka jangan sampai kita celaka karena salah memilih teman  dekat. Iya kita mengatakan kuat  untuk tidak terpengaruh dan terbujuk pada kali pertama kedua, ketiga. Tapi bagaimana untuk kali yang seterusnya. Hati ini lemah sedangkan syubhat itu kencang.

🌴Semoga bermanfaat.

Kamis, 27 Juli 2017

BERGAUL DAN SABAR (Art.Salayok16)

🍃Terkadang, kita mendapati sesuatu yang tidak menyenangkan dari pergaulan bersama masyarakat. Dicaci maki, dighibahi, diboikot, dituduh yang “bukan-bukan,” tapi justru di situlah keutamaan seorang mukmin jika ia mampu terus bersabar.

♻Rasulullah bersabda:

الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ  الَّذِي لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ

“Seorang mukmin yang tetap bergaul dengan manusia serta sabar terhadap gangguan mereka lebih utama daripada yang tidak mau bergaul dan tidak sabar terhadap gangguan mereka.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 2/652)

💐Anda adalah orang-orang baik insyaAllah, jika anda tidak sabar siapa lagi yang akan mewarnai kehidupan kita ini dengan kebaikan.

🌴Semoga bermanfaat.

JANGAN SENDIRI (Art.Salayok15)

Kita semua memaklumi bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian. Allah telah menakdirkan manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Bahkan, syariat Islam melarang umatnya untuk hidup menyendiri.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, ath-Thabrani dan yang lainnya, dari Abu Umamah ia mengisahkan:

“Suatu hari kami menyertai Rasulullah dalam salah satu perperangannya. Di tengah perjalanan, ada seorang sahabat yang melintasi sebuah gua yang memiliki mata air. Terbetik dalam hatinya sebuah rencana untuk menetap di gua itu, mencukupkan diri dengan minum dari mata air dan makan dari sayur-mayur yang tumbuh di sekitar gua tersebut, sehingga ia dapat menjauhi hingar-bingarnya kehidupan dunia. Selanjutnya sahabat itu berpikiran, alangkah baiknya bila aku terlebih dahulu menemui Nabi guna menyampaikan maksudku ini. Bila beliau mengizinkan maka aku akan melanjutkan rencanaku ini dan bila tidak maka aku pun akan mengurungkannya. Ia pun segera menemui Rasulullah dan bertanya:

يَا نَبِيَّ اللهِ، إِنِّي مَرَرْتُ بِغَارٍ فِيهِ مَا يَقُوتُنِي مِنَ الْمَاءِ وَالْبَقْلِ، فَحَدَّثَتْنِي نَفْسِي بِأَنْ أُقِيمَ فِيهِ وَأَتَخَلَّى مِنَ الدُّنْيَا  

‘Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku baru saja melintasi sebuah gua yang memiliki mata air dan sayur-mayur. Terbetik di benakku untuk tinggal di sana sehingga dengan demikian aku dapat meninggalkan urusan dunia.’ Lantas Rasulullah bersabda:

إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ بِالْيَهُودِيَّةِ وَلَا بِالنَّصْرَانِيَّةِ، وَلَكِنِّي بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ

‘Sesungguhnya aku tidak diutus dengan agama Yahudi atau Nasrani. Akan tetapi, aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan lapang.’” (HR. Ahmad: 5/266, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir: 7/243 dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah: 6/423)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah menjelaskan sebab mengapa beliau tidak mengizinkan umatnya hidup seorang diri jauh dari saudara-saudaranya:

 فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الاِثْنَيْنِ أَبْعَدُ

“Sesungguhnya setan itu bersama orang yang meyendiri, dan ia lebih jauh dari dua orang.” (HR. Tirmidzi: 2165, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 1/717)

Oleh sebab itu, mari kita hidup bermasyarakat. Jangan menyendiri karena hati kita ini lemah.

KUNCI (Art.Salayok14)


Andaikata kita memang harus terpisah oleh ruang dan waktu, semoga kita tetap satu dalam tujuan. Dimanapun kita berada mudah-mudahan kita bisa menjadi pembuka kebaikan dan penutup keburukan.

Zaman telah berubah, hawa keburukan semakin panas. Dimana-mana terjadi kerusakan. Di kota, desa, laut, gunung, pasar, sekolah, kantor, jalan, terminal, parlemen, rumah. Bahkan, di masjid pun sekarang banyak rusaknya. Mari menjadi kunci pembuka kebaikan agar kita beruntung.

Nabi kita pernah bersabda:



فَطُوبَى لِعَبْدٍ جَعَلَهُ اللَّهُ مِفْتَاحًا لِلْخَيْرِ مِغْلَاقًا لِلشَّرِّ


“Beruntung seorang hamba yang dijadikan Allah pembuka kebaikan dan penutup keburukan.” (HR. Ibnu Majah: 238)

Jika setiap muslim dan muslimah menjadi pembuka kebaikan atau setidaknya "berusaha," dimana pun ia berada, tentu hidup akan terasa lebih indah dan berarti. Siapa lagi yang akan merubah kehidupan kita ini selain kita sendiri.

Semoga bermanfaat.