Putranya Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma pernah menceritakan:
خَرَجَ عُمَرُ يَوْمًا إِلَى حَائِطٍ لَهُ فَرَجَعَ وَقَدْ صَلَّى النَّاسُ العَصْرَ فَقَالَ عُمَرُ : إِنَّ لِلَّهِ وَإِنَّ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ فَا تَتْنِيْ صَلَاةُ العَصْرِ بِالجَمَاعَةِ. أَشْهَدُكُمْ أَنَّ حَائِطِيْ عَلَى المَسَاكِيْنِ صَدَقَةٌ لِيَكُوْنَ كَفَارَةً لِمَا صَنَعَ عُمَرُ
__________________
Begitulah potret generasi terbaik dalam hal menjaga shalat berjama'ah. Umar bin Khaththab menyedekahkan kebunnya karena ia menganggap bahwa kebun itu telah menyibukkan serta melalaikan dirinya dari shalat Ashar. Sementara shalat Ashar adalah shalat yang disebutkan oleh Allah secara khusus agar selalu dijaga. Allah berfirman:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Peliharalah semua shalatmu, dan peliharalah shalat wustha (Ashar). Berdirilah untuk Allah dengan khusyu'. (QS. Al-Baqarah: 238)
Kalau kita, bagaimana? Alih-alih seperti Umar dan shalat berjama'ah di masjid. Seringnya kita malah telat shalat Ashar, kemudian beralasan: "Tanggung, jam kerjanya belum selesai. Kerjaan tinggal dikit lagi." Bukankah begitu?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar