Menjadi orang kaya sejati, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan jumlah uang yang kita miliki. Karena kaya yang sesungguhnya bukan kaya harta, tetapi kaya hati. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah sabdanya mengatakan:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Oleh sebab itu, barang siapa yang hatinya penuh dengan sifat qana'ah sehingga ia mampu senantiasa bersyukur dan ridha terhadap nikmat Allah, harta dapat membantu dirinya berjalan menuju Allah, melaksanakan ketaatan, maka dialah orang kaya yang sesungguhnya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
اتَّقِ الْمَحَارِمَ تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ ، وَارْضَ بِمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
"Jauhilah segala sesuatu yang haram maka engkau akan menjadi manusia yang paling ahli ibadah. Dan ridhalah terhadap pembagian Allah untuk dirimu maka engkau akan menjadi manusia yang paling kaya." (HR. Tirmidzi: 2305, ash-Shahihah: 2/637)
Dengan demikian, seberapa besar sifat qana'ah dalam hati maka sebesar itu pula kekayaan yang kita miliki. Sebaliknya jika sifat qana'ah tidak ada, selalu merasa kurang, harta malah membuat kita tidak mampu bersyukur. Ibadah berantakan, silaturrahmi putus, semakin hari semakin disibukkan oleh harta hingga lupa siapa dan untuk apa kita diciptakan.
Uang dan segala harta tidak mampu membuat kita mendekat kepada Allah, masjid semakin terasa jauh, menuntut ilmu agama sudah tidak ada lagi dalam kamus perencanaan kita.
Jika demikan, maka meski kita mempunyai harta benda berlimpah, rumah mewah, penghasilan besar, ketahuilah bahwa kita-lah orang miskin yang sebenarnya. Kita-lah yang patut dikasihani. Karena kita sedang dipasung oleh dunia, tapi kita tidak sadar. Zahir al-Minangkabawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar